~Rafael~
Setelah aku dan Tio sampai di rumah Alex, kami langsung dimarahi habis-habisan oleh Alex dan Aldo. Ini semua salah Tio yang sangat lama saat menjemputku.
Kami berjanji akan berkumpul pukul tiga sore untuk berbelanja pakaian terlebih dahulu. Aldo yang meminta, katanya pakaian yang biasa kita kenakan tidak sesuai untuk menghadiri acara besar seperti ini. Padahal kupikir semua koleksi pakaianku sudah cukup bagus.
Aku memang tidak terlalu mengerti fashion seperti Alex ataupun Aldo, walaupun Aldo orangnya serius dan seorang kutu buku dia sangat update dalam segala hal.
Kami pun segera berangkat dengan mobil Alex. Alex memang sudah mempunyai mobil selama ini tapi karena dia sangat setia kawan dia tidak pernah memakainya ke sekolah.
Sesampainya di mall langganan kami, kami pun segera memasuki beberapa toko pakaian dan mencoba segala hal. Aku tidak memerlukan waktu lama untuk mencari pakaian yang sesuai dengan gayaku.
Pilihanku jatuh kepada kemeja putih tidak berlengan dan aku juga memilih jaket hitam kebiruan polos untuk melengkapi gayaku. Setelah mencobanya dan mendapat persetujuan dari Alex dan Aldo aku pun menunggu yang lain untuk keluar.
Alex keluar dengan memakai kemeja putih yang dibalut dengan sweater hitam dan dibalut dengan jas bergaris dengan warna. Aldo memakai kemeja hitam dengan sweater tipis berwarna abu-abu yang diikatkan di lehernya. Sementara Tio memilih memakai sweater turtleneck putih dan juga cardigan cokelat.
Setelah selesai kami langsung kembali menuju rumah Alex. Sambil menunggu para gadis datang kami bermain di kamar Alex. Aku dan Aldo pun memainkan PS milik Alex, sementara Alex dan Tio bermain dengan VR milikku yang disambungkan dengan permainan di komputer Alex. Setelah menunggu cukup lama mereka tidak datang-datang juga. Bahkan aku dan Tio sudah memasuki ronde 5.
"Lex, kau sudah menghubungi mereka?" Tanyaku setelah menuntaskan ronde terakhir.
"Sudah dan katanya kakak-kakak mereka juga ikut." Jawab Alex tanpa melihat ke arahku dan masih berkonsentrasi pada permainan sepak bolanya melawan Aldo.
"Mengapa kakak-kakak mereka juga ikut? Mereka juga kau undang?" Tanya Tio.
"Tidak. Kyla yang memintaku untuk mengikut sertakan mereka dan aku tidak mau mengecewakannya." Jawabnya sambil menyelesaikan permainannya dan membereskan PS.
"Kau juga berubah seperti Revan sekarang Lex." Komentar Aldo.
"Bukan aku yang berubah seperti Revan tapi Revan yang mengikutiku." Seru Alex. Aku pun tertawa meremehkan mendengar komentarnya.
"Siapa yang mengikutimu?! Aku tidak pernah mengikutimu." Seruku.
"Kalian bisa diam tidak!" Seru Tio secara tiba-tiba, ternyata dia sedang menelphon seseorang dan kami membuatnya terganggu.
Aku pun menyalahkan Alex dengan berbisik dan begitupun sebaliknya. Akhirnya Tio pun selesai menelphone dan merebahkan diri di kasur kamar Alex.
"Kau berbicara dengan siapa Yo?" Tanya Aldo. Saat ini kami sedang berbaring di kasur Alex, walaupun harus berdesakan dengan ketiga pria lain dengan tubuh besar.
"Drea, dia yang menelphoneku." Jawabnya dan aku langsung bangkit terduduk dari tempat tidur begitu mendengar nama Drea disebutkan.
"Kenapa dia menelphonemu bukannya diriku?" Sahutku kesal.
Setahuku Drea lebih dekat denganku daripada ketiga sahabatku namun kenapa dia menghubungi Tio bukannya aku.
"Woah easy Rev! Pasti dia punya alasan tertentu mengapa menghubungi Tio." Tutur Aldo melihat kemarahanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prolog✓
Fiksi Remaja"Apa yang kau mau?" Tanyanya. "Tidak ada." Jawabku singkat. "Lalu kenapa seharian ini kau seperti berusaha mendekatiku?" Tanyanya dengan curiga. "Karena aku penasaran denganmu." "Bisakah kau tidak menggangguku dan membiarkanku menikmati ketenangan?"...