Chapter 38~Friend from past

144 13 1
                                    

~Andrea~

Aku terbangun saat cahaya yang berasal dari lampu bus menyala menyilaukan mataku. Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk menetralisir cahaya yang masuk secara tiba-tiba. Aku baru menyadari bahwa bus sudah sampai sekolah. Saat melihat ke sekeliling, aku mendapati beberapa teman berdiri dari kursinya dan merapihkan barang-barang bersiap untuk turun. Aku mengecek ke sampingku dan melihat Rafa sedang tertidur dengan pulasnya. Aku terkikik sebentar melihat mulutnya yang terbuka lebar akibat kecapean.

"Rafa!" Teriakku membangunkannya, setelah aku melakukan segala cara untuk membangunkan manusia satu ini. Dia terbangun dengan perlahan dan kembali memejamkan matanya. Melihat itu, aku hendak meneriaki dirinya kembali namun aku melihat sudut bibirnya naik dan memperlihatkan senyum jahilnya kembali.

"Hei beautiful." Sapanya dengan suara serak sehabis bangun tidur. Aku memasang poker face sebisaku menutupi perasaan aneh yang muncul di perutku.

"Cepat turun! Bus sudah sampai sejak tadi." Keluhku dan memalingkan muka untuk membereskan barang-barang yang berantakan di sekitar. Aku masih dapat melihat dirinya tersenyum kepadaku dari ekor mata. Aku hanya memutar bola mata kesal dengan tatapan creepy-nya itu.

Setelah selesai membereskan sampah-sampah bekas makanan dan juga beberapa benda yang kubawa, aku segera turun menyusul yang lain untuk mengambil tas di bagasi. Aku meninggalkan Rafa yang masih berkutik dengan sampah yang ada di sekitarnya. Aku sedikit terkaget melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Aku yakin pasti kedua orang tuaku sangat khawatir sekarang.

Benar saja, tidak lama kemudian papa menelpon. Ternyata dari jam sepuluh malam papa sudah menjemputku. Pasti papa menjemput sehabis pulang kerja. Aku mempercepat arah langkahku sambil bertanya kepada papa di mana lokasinya sekarang. Papa berada di depan gerbang sekolah sambil melihat ke sekeliling mencari diriku, dengan kecepatan penuh aku berlari menghampirinya.

"Papa!" Teriakku memanggilnya, dengan segera arah pandang kita bertemu. Aku segera berlari ke arahnya dan jatuh dalam pelukannya. Aku tahu bahwa aku baru berpisah sebentar dengan keluargaku, namun tetap saja aku merindukan papa.

"Kangen." Seruku sambil memeluk erat papa. Papa mengelus kepalaku dan membalas dekapan hangatku.

"Papah juga kangen." Katanya. Aku semakin memeluknya erat.

"Bagaimana waktu di sana? Seru tidak?" Tanya papa membuatku melepaskan pelukanku.

"Seruuuu..." Jawabku dengan semangat. Papa tersenyum melihatku dan tiba-tiba menatap ke arah belakangku. Aku mengikuti arah pandangnya dan melihat Rafa yang ada di seberang jalan sedang menuju kemari. Aku baru ingat jika Rafa menaiki bus untuk pulang.

"Hai Raf." Sapaku saat dirinya sudah menyebrang.

"Hai. Malam om." Sapa Rafa ramah.

"Malam, kamu pulang sama siapa?" Tanya papa, sepertinya papa akan menawarkan tumpangan untuk Rafa.

"Saya pulang naik bus, om." Jawabnya.

"Kalau begitu om anter pulang saja." Tawar papa membuat Rafa otomatis menolaknya dengan sopan.

"Sudah malam memang masih ada bus? Ikut kita saja. Drea ajak temanmu tuh. Papa tunggu di mobil." Perintah papa dan meninggalkanku dengan tugas berat ini. Aku menatap Rafa dengan malasnya.

"Jadi?" Tanyaku.

"Aku pulang sendiri saja, lagian biar kamu langsung pulang dan tidur. Pasti capekkan?" Jawabnya membuatku memutar bola mataku.

"Ayolah Raf, kalau tidak papa pasti akan berkomentar sepanjang jalan. Aku memaksa." Kataku dan menarik tangannya menuju mobilku.

Aku mengambil barang bawaannya dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Rafa langsung mengambil sisanya dan tidak membiarkanku membantunya lagi. Aku pun membiarkannya dan masuk ke dalam mobil.

Prolog✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang