Chapter 6~ Girls Day Out

349 28 0
                                    

~Andrea~

Aku pun terbangun karena alarm berbunyi, dengan malasnya aku mematikan kembali alarmku dan kembali tidur. Belum lama tertidur alarmku kembali berbunyi namun aku mengabaikannya.

"Drea! Matikan alarmmu!" Teriak kakak. Aku mengabaikannya dan kembali tertidur. Beberapa saat kemudian aku sudah kembali tertidur, namun seseorang menarik selimutku sehingga membuatku terjatuh. Aku beruntung karena tempat tidurku pendek sehingga aku terjatuh tidak terlalu keras, tetapi tetap saja itu sangat menyakitkan. Dengan segera aku bangun dan duduk sambil menatap kakakku yang sedang berdiri di sampingku dengan garang.

"Sakit!!!" Teriakku kesal.

"Maaf gak bermaksud." Sahut kakak sambil menggendongku dan membaringkanku di tempat tidur.

"Kakak harus menebusnya! Antarkan aku ke cafe black'white." Seruku sambil merajuk. Dengan kelakuannya aku dapat memanfaatkan situasi yang ada. Aku beruntung hari ini, karena jika aku memintanya secara baik-baik tentu saja dia tidak akan mengabulkan permintaanku karena permintaanku begitu mendadak. Bahkan aku belum meminta ijin kepada kedua orangtuaku! 

"Oke.. Oke. Tapi janji gak akan ngadu ke mamah?" Sahut kakak.

"Tentu saja asal kau mengantarku. Deal?" Kataku sambil menatap ke arahnya.

"Deal!" Sahut kakak dan aku langsung memelukknya dan tertawa.

"Jam berapa kau akan pergi?" Tanya kakak dan membuatku melihat jamku. Sial! Aku terlambat! Sekarang sudah pukul sembilan kurang sepuluh.

"Siapkan motor kakak sekarang aku akan mengganti bajuku dan kita langsung pergi!" Seruku sambil turun ke kursi rodaku menuju kamar mandi dengan cepat. 

Aku mandi dengan sangat cepat mengalahkan rekor mandi tercepatku. Setelah selesai aku bergegas mengganti baju dengan style yang biasa aku pakai celana jeans berwarna biru, T-shirt putih polos, dan sneakers putih kesukaanku, tak lupa dengan hoodie kucing abu-abuku. Aku jadi ingat saat pertama kali aku berhasil melakukan terapiku dengan baik di usiaku yang ke tiga belas, mama membelikanku hoodie ini dan akhirnya aku tidak bisa lepas dari hoodie ini.

Setelah turun dari kamar dengan pakaian lengkap dan tentu saja menggunakan kaki palsuku, aku menuju kamar mama dan meminta ijin untuk pergi keluar bersama Kyla. Tentu saja mama menginzinkanku dengan beberapa persyaratan. Semenjak kejadian itu kedua orang tuaku menjadi overprotective kepadaku karena mereka hampir saja kehilangan diriku. Setelah meyakinkan mama aku akan baik-baik saja, aku langsung menuju garasi dan menemui kakak yang sudah siap dengan motor merah kesayangannya. Aku segera memakai helmku yang bergambar menara eiffel putih dengan background hitam total serta ditambahi beberapa ornamen typography bertuliskan paris. Kakak membelikan helm itu saat papa memberikan motor sebagai hadiah ulang tahun kakak yang ke delapan belas. Saat ini usia kakak 20 tahun, kakak berjarak 5 tahun dariku.

Kakak menjalankan motornya dan dengan cepat pergi meninggalkan rumah. Perjalanan kami tidak terlalu panjang hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di cafe tersebut. Sementara kakak memakirkan motornya, aku sibuk mencari Kyla di antara kerumunan orang yang berada di dalam cafe. Tak kuduga orang yang berada di dalam cafe akan sebanyak ini, mungkin karena hari ini adalah hari sabtu dan juga malam minggu.

Setelah mencari cukup lama akhirnya aku menemukan Kyla di area cafe yang begitu luas ini. Kyla sedang duduk di meja dekat jendela yang berada di pojok. Seleraku dengan dia begitu sama. Aku berbalik ke pada kakak dan menyuruhnya untuk mengikutiku. Setelah melewati beberapa desakan dari kerumunan orang yang sangat kubenci, akhirnya aku sampai di meja Kyla dan duduk berhadapan dengannya sementara kakak duduk di sampingku.

Aku memandang sekeliling dan melihat bahwa cafe ini memang sangat indah dan cukup romantis, tak heran banyak orang yang akan menghabiskan malam minggunya dengan nongkrong di cafe ini. Walaupun cafe ini tidak memiliki banyak warna sesuai nama cafenya, tetapi tetap saja sang arsitek dengan hebat mempadupadankan warna hitam dan putih dengan sangat-sangat baik, bahkan dengan furniture yang berwarna hitam putih sekalipun.

Prolog✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang