~Andrea~
Saat ini aku dan Kyla sedang menyelinap menuju kamar kakak. Aku yakin papa dan mama sudah tidur terlelap sekarang karena waktu menunjukan tepat tengah malam. Saat ini seluruh rumah sangatlah gelap, hanya kamar kakak dan lampu luar saja yang menyala. Kami pun mengetuk pintu kamar kakak secara perlahan.
"Psstt... Ini kami..." Seru Kyla dan tak lama pintu di buka oleh Rafa. Kami pun masuk ke dalam. Aku sedikit terkejut melihat kamar kakak sudah mereka sulap menjadi bioskop mini.
Televisi yang ada di kamar kakak di taruh di atas meja komputer dan monitor komputer mereka pindahkan ke bawah. Kasur-kasur tersusun rapih menghadap meja komputer dan terdepat beberapa snack yang mereka dapat entah dari mana. Alex dan Aldo sedang menyiapkan film yang akan kita tonton dengan mencari kaset dari koleksi kakak. Sementara Tio sedang asik memakan keripik sambil berbaring di atas kasur.
"Kalian benar-benar merubah kamar kakakku dengan sangat hebat. Aku yakin saat dia mengetahuinya dia akan marah besar." Komentarku.
"Bukan urusan kita. Lagian nanti yang kena marah kamu." Seru Alex dan aku hanya memutar bolaku untuk membalas perkataanya. Aku terlalu malas untuk berdebat dengan cowok seperti dia dan memikirkan kemarahan kakak, aku hanya ingin menikmati momen ini.
"Kalian mendapat makanan dari mana?" Tanya Kyla.
"Kami sempat keluar sebentar dan pergi mencari makanan." Tutur Rafa.
"Jadi kalian harus berterimakasih kepada kami!" Seru Tio.
"Terserah kau saja Tio!" Seru Kyla sambil duduk di kasur paling belakang dan menyender ke tembok. Sementara aku mengabaikan mereka dan langsung mengambil cemilan favoritku dan membukanya.
"Dre duduk di sebelahku!" Seru Kyla, aku pun tersenyum dan menganggukan kepalaku. Namun sebelum aku sempat beranjak Rafa mendatangiku dan membisikan sesuatu di telingaku.
"Kau duduk bersamaku, biar Kyla dan Alex bisa duduk bersama di kasur paling belakang. Kau ingat rencana kita kan?' Bisiknya dan aku langsung tersenyum dan mengangguk.
"Maaf Kyl sepertinya aku akan duduk di depan, aku tidak mau monster satu ini menghabiskan seluruh makanannya." Seruku sambil menunjuk ke arah Tio. Tio langsung membelalakan matanya mendengar perkataanku.
"Apa kau bilang monster?" Serunya marah. Aku hanya tertawa melihatnya yang sangat kekanak-kanakkan seperti ini. Dia pun datang kepadaku dan dengan cepat menggelitikiku. Aku langsung tertawa dan meminta ampun kepadanya, karena aku sangat tidak tahan jika seseorang menggelitikku.
"Please.. Stop.." Rengekku kepada Tio sambil tertawa.
"Oh, tidak akan kuampuni kau!" Seru Tio sambil terus mengkelitikkku.
"Please..."Seruku sambil mencoba menahan tawaku. Tiba-tiba saja Rafa menahan tangan Tio dan melepaskannya dari tubuhku. Aku pun segera bangkit dan mengatur nafasku.
"Thanks Raf." Seruku kepadanya sambil tersenyum.
"Kau tidak seru dude." Keluh Tio kepada Rafa. Rafa mengabaikan komentarnya dan duduk di sebelah kiriku, sementara Tio duduk di sebelah kananku.
"Baiklah! Aku menemukan beberapa film horor. Kalian mau yang mana?" Tanya Aldo sambil meletakan lima kaset horor di depan kami.
"Tidak bisakah kita menonton film yang lain saja?" Tanyaku dengan memohon kepada mereka.
"Kita sudah sepakat untuk menonton horor." Seru Alex.
"Lagian gak seru kalau menonton yang lain." Seru Kyla.
"Kan pas malem-malem gini. Biar makin mencekam!" Komentar Tio.
"Baiklah terserah kalian saja!" Seruku mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prolog✓
Roman pour Adolescents"Apa yang kau mau?" Tanyanya. "Tidak ada." Jawabku singkat. "Lalu kenapa seharian ini kau seperti berusaha mendekatiku?" Tanyanya dengan curiga. "Karena aku penasaran denganmu." "Bisakah kau tidak menggangguku dan membiarkanku menikmati ketenangan?"...