Chapter 22~ Discussion

185 19 1
                                    

~Rafael~

Sesampainya di apatermen aku langsung mengganti baju dan ikut berkumpul bersama teman-teman di ruang tamu. Setelah bosan bermain play stasion, seperti biasa Alex memasak makanan untuk kami. Walaupun jam telah menunjukan pukul setengah dua belas malam, tetap saja perutku kelaparan.

"Kau masak apa Lex?" Tanyaku sambil memperhatikannya memasak dari seberang meja makan.

"Hanya memasak nasi goreng dengan kornet. Kau benar-benar harus mengisi stok makananmu Rev!" Serunya. Aku hanya mengangguk sambil meminum susu cokelatku.

"Sepertinya kau tidak bisa melepaskan kebiasaanmu untuk tidak meminum susu coklat." Seru Aldo dari belakang.

"Itu sebabnya aku lebih tinggi dari kalian." Seruku bangga. Mereka pun memutar bola matanya secara bersamaan sementara aku terkekeh puas.

"Terserah kau saja Rev!" Seru Alex sambil menyajikan nasi gorengnya. Aku pun langsung memakan nasinya.

"Sepertinya kita melupakan tujuan kita kemari." Seru Aldo. Aku pun baru mengingat bahwa aku berjanji untuk memberitahukannya kepada mereka. Sepertinya ini akan menjadi malam yang sangat panjang.

"Kau berjanji akan memberitahukannya Rev!" Seru Alex. Aku pun menelan seluruh nasi yang ada di mulutku degan cepat.

"Baiklah tapi setelah aku menghabiskan makananku." Seruku sambil menghabiskan makananku dengan cepat diikuti dengan Aldo dan Alex. Setelah menghabiskan makanan kami, kami pun pergi ke sofa dan berbaring di sana dengan malasnya.

"So spill it out!" Seru Alex sambil menatap handphonenya.

"Baiklah." Kataku sambil mengambil handphone Alex dan menyembunyikannya. Dia pun menatap garang diriku namun tidak berkomentar apa pun.

"Harus kuceritakan dari mana?" Tanyaku bingung.

"Bagaimana dimulai dari kejadian hari ini." Seru Aldo sambil menyalakan televisi dan mengecilkan suaranya.

"Kenapa kau menyalakan televisi jika tidak ingin menontonnya!" Protesku.

"Aku tidak suka jika terlalu sunyi." Seru Alex menjawabnya dan bertossan dengan Aldo. Aku pun menatap mereka dengan garang.

"Kalian akan memperbesar biaya listrikku!" Seruku. Mereka pun mengalah dan mematikan televisi dan menyalakan lagu dari handphone Alex.

"Mulailah!" Seru Aldo.

"Baiklah. Awalnya semua baik-baik saja saat aku bermain bersama dengannya. Seperti yang aku ceritakan di rumah sakit, tiba-tiba saja dia terlihat sangat kesakitan saat kita hendak berteduh. Dan saat aku ke rumah sakit aku melihat beberapa keanehan di sana. Lalu setelah Alex pergi dokter Jason menemuiku untuk berbicara." Aku pun menjelaskan sambil mereka ulang memoriku.

"Keanehan apa?" Tanya Alex memotong pembicaraanku.

"Entahlah mereka langsung memindahkan Drea ke salah satu ruang rawat inap dan menurutku itu aneh. Bahkan dokter saja belum selesai memeriksanya. Belum lagi beberapa suster di sana terlihat aneh." Seruku.

"Kau berbicara solah-olah rumah sakit itu adalah rumah sakit berhantu atau tidak rumah sakit yang membunuh pasiennya." Seru Aldo sambil merinding.

"Kau ini ada-ada saja. Tidak mungkin! Di situ ada dokter Jason salah satu teman ayahnya Andrea. Tidak mungkin mereka akan membunuhnyakan." Seru Alex.

"Kau ingat rupanya dengan dokter Jason." Seruku mendengar Alex menyebut-nyebutkan namanya.

"Tentu saja! Tidak seperti dirimu ingatanku sangat bagus." Serunya sombong.

Prolog✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang