Chapter 45~Proud

354 14 0
                                    

~Andrea ~

Suara televisi melatar belakangi aktifitasku saat ini. Aku sedang mencoba memasak salah satu resep kue yang aku temukan di instagram. Karena rumah menjadi milikku seorang untuk hari ini, aku memutuskan untuk memasak kue.

Aku sedang menuangkan tepung ke dalam mangkuk saat handphoneku bergetar menandakan seseorang menelponku. Senyum besar terpampang di wajahku saat aku melihat id sang penelpon.

"Hai..." Seruku dengan suara yang bergembira. Aku sangat yakin jika dirinya bisa mengetahui bahwa aku sedang tersenyum saat ini.

"Hai bubblegum, keluarlah, aku mempunyai kejutan untukmu." Serunya secara tiba-tiba membuatku menaikan sebelah alisku kebingungan.

Aku hendak bertanya lebih lanjut mengenai pernyataannya, namun Rafa menutup telpon secara sepihak. Dengan kepala penuh pertanyaan aku menggerakan roda-roda dari kursiku menuju pintu depan. Saat sampai di sana aku semakin bingung karena tidak mendapati apa-apa.

Setelah mencari kejutan dari Rafa selama beberapa menit, aku memutuskan untuk melanjutkan kegiatanku. Namun sebelum aku hendak menggerakan roda-rodaku, seseorang menarik kursi rodaku dan memutarnya.

Saat ini aku sedang berhadapan dengan pacarku sendiri. Ekspresi terkejutku berubah menjadi ekspresi gembira. Dirinya langsung membawa tubuhku ke dekat tubuhnya, sehingga aku dapat memeluk tubuh bagian bawahnya.

"Terkejut?" Tanyanya dengan gembira, melihat rencananya yang berhasil.

"Bagaimana kau bisa masuk ke mari? Pintu gerbang terkunci Raf." Seruku bertanyatanya. Dirinya hanya memamerkan senyumannya.

"Aku memanjat pagar." Jawabnya seperti bukan sesuatu yang berarti. Aku membelalakkan mataku mengetahuinya.

"Apa kau gila? Kalau tetangga tahu, kau bisa dikira pencuri!" Seruku memarahinya. Dia hanya tersenyum meladeniku.

"Jika tidak begitu, aku tidak dapat mengejutkanmu." Elaknya, yang hanya bisa aku tanggapi dengan helaan nafas.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku saat dirinya sedang mendorongku ke dalam rumah.

"Hanya ingin bertemu dengan bubblegum-ku yang cantik." Godanya kepadaku.

"Aku serius Raf." Seruku.

"Aku juga serius." Jawabnya sambil menoleh ke depan seperti menghindari diriku.

"Kau tidak mungkin datang kemari secara tiba-tiba seperti ini jika tidak ada sesuatu." Ujarku yang membuat dirinya semakin enggan untuk menatapku.

"Bawa aku ke dapur. Aku sedang membuat kue. Apakah kau mau ikut membantu?" Tanyaku mencoba memperbaiki moodnya yang sepertinya sedang jelek.

Dirinya mengangguk dan tersenyum kepadaku. Aku langsung kembali ke belakang meja dan mengerjakan kueku. Aku menyuruh Rafa untuk memisahkan antara kuning telur dan putihnya, sementara aku sibuk melelehkan mentega dan juga cokelat batangan.

Aku bisa mendengar umpatan yang keluar dari mulutnya saat kuning telur yang sedang ia pisahkan masuk ke dalam mangkuk putih telur. Aku tertawa melihat dirinya yang kesulitan seperti ini.

"Drea ini susah. Mengapa kau memberikan pekerjaan ini kepadaku? Dan jangan berani-berani kau tertawa!" Serunya merengek seperti bayi besar. Aku tertawa keras atas reaksi konyolnya itu.

"Mau bertukar pekerjaan denganku?" Tawarku yang langsung di setujuinya dengan anggukan cepat.

Aku tertawa kecil saat melihat beberapa cangkang telur ikut terbawa masuk ke dalam mangkuk. Rafa memang tidak memiliki bakat dalam hal memasak. Dengan terpaksa aku menyingkirkan hasil pekerjaan Rafa dan membuat ulang.

Prolog✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang