~Andrea~
Aku terbangun dengan ketukan di pintuku. Aku pun membuka mata dengan malasnya dan langsung mencari-cari kursi roda yang biasanya terletak di samping tempat tidur. Itu sudah menjadi suatu kebiasaan rutin untukku. Saat mendapati tidak menemukan kursi roda, aku baru mengingat bahwa kursi rodaku berada di kamar mama dan papa. Dengan malasnya aku memakai kaki palsu dan menuju pintu untuk membukanya. Aku melihat ada mama diluar dan entah mengapa mata mama menyorotkan kesedihan. Namun dia tetap menampilkan senyum tipisnya kepadaku.
"Morning mom." Seruku sambil memelukku.
"Morning sweet heart." Balasnya sambil mengelus-ngelus rambutku.
"Mama kenapa sedih?" Tanyaku sambil melonggarkan sedikit pelukan dan memandang wajahnya.
"Kakakmu sudah pulang dan dia terlihat sangat kacau. Dia langsung keluar rumah setelah menaruh barang-barangnya di ruang tamu. Bisa kau bantu mama untuk menghiburnya?" Aku langsung menganggukan kepala dan segera berlari ke bawah.
Aku mencarinya di seluruh lantai bawah dan tidak menemukannya. Aku mencarinya di kamar mama dan papa pun tidak ada. Aku segera berlari keluar menuju tempat persembunyian kami. Biasanya kalau aku atau kakak sedang sedih kami pasti ke sana agar tidak ada yang menganggu kami. Benar saja aku menemukan kakak berada di rumah pohon yang kita buat. Aku sedikit tersenyum lega saat sudah menemukannya, tapi tetap saja hatiku ikut sedih saat melihat kakak sesedih itu.
Aku mendekatinya secara perlahan. Sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku. Aku memasuki rumah pohon itu dan duduk di sebelahnya. Dia terlihat sangat sedih, aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Aku pun mengelus tangannya perlahan dan kakak menoleh kepadaku dengan sorot mata yang terlihat menyedihkan.
Aku pun tersenyum lembut kepadanya dan segera memeluknya erat. Aku dapat merasakan tubuh kakak sedikit merileks di pelukanku. Dia mengehela nafas panjang di pelukanku dan aku sedikit tersenyum bahwa setidaknya kehadiranku dapat membantunya. Aku mengelus rambutnya dengan pelan. Aku tidak menyukai jika kakak sedih seperti ini, kakak adalah orang yang penting di hidupku walaupun dia selalu mengerjaiku tetapi tetap saja dia selalu ada untukku dan melindungiku. Sekarang waktunya aku menghiburnya dan membantunya.
Setelah lama dalam posisi seperti ini aku memastikan jika kakak sudah sedikit baikan dan setidaknya aku bisa bertanya mengapa dia sedih seperti itu.
"Kakak sudah merasa baikan?" Tanyaku. Dia tersenyum dan mengacak-ngacak rambutku.
"Ya, thansk to my lil'sis." Serunya sambil tersenyum walaupun begitu aku bisa melihat bahwa masih ada sorot kesedihan di matanya.
"Sahabat kakak baik-baik saja kan?" Tanyaku pelan. Aku dapat melihat sorot menyesal di matanya saat aku berkata seperti itu.
"Dia sedang koma." Serunya sambil memejamkan matanya.
"Kenapa kakak merasa menyesal seperti itu?" Tanyaku secara lembut takut membuatnya sedih lagi.
"Ceritanya panjang. Yang jelas aku tidak ada di sisinya saat masa terberatnya dan malah menyudutkannya sehingga membuatnya memutuskan untuk bunuh diri." Tutur kakak. Aku sedikit terkejut mendengarnya. Aku tidak percaya bahwa kakak bertindak seperti itu, walaupun aku tidak mengetahui permasalahannya apa. Kakak adalah seorang yang sangat setia kawan dan aku yakin dia tidak akan bertindak seperti itu kecuali kesalahan sahabat kakak memang sangat salah.
"Memang apa yang terjadi dengan sahabat kakak?" Tanyaku berhati-hati.
"Die melecehkan seorang wanita dan wanita itu entah pergi ke mana. Aku marah kepadanya karena bisa-bisanya dia berbuat seperti itu. Aku beberapa kali memukulnya dan mengatakan hal-hal kasar kepadanya. Saat itu aku benar-benar marah dan tidak memikirkan kondisinya. Dia sangat menyesal dan bahkan dia di usir oleh keluarganya setelah mengetahui masalahnya. Aku benar-benar sahabat yang buruk." Aku yang mendengar penjelasan kakak sedikit merasa ngeri dengan perbuatan temannya itu. Sekarang aku mengerti kenapa kakak merasa sangat bersalah dan mengapa dia berbuat seperti itu. Tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya dan mengatakan apa yang kupikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prolog✓
Teen Fiction"Apa yang kau mau?" Tanyanya. "Tidak ada." Jawabku singkat. "Lalu kenapa seharian ini kau seperti berusaha mendekatiku?" Tanyanya dengan curiga. "Karena aku penasaran denganmu." "Bisakah kau tidak menggangguku dan membiarkanku menikmati ketenangan?"...