"Yang ini bagus gak?" Rangga mengangkat sebuah sepatu kulit dari atas rak, lalu menatap Kiara.
"Maaf, Ga. Gue rasa gue harus pulang sekarang, Javon nangis terus dari tadi. Mungkin dia capek," Kiara terus menggoyang-goyangkan tubuhnya, berharap Javon akan berhenti menangis. Tidak biasanya Javon seperti ini.
"Tunggu sebentar lagi, kalau gue udah nemuin sepatu yang cocok baru kita pulang."
Kiara mendengus kesal, lalu memilih duduk di sebuah sofa melingkar yang mengelilingi sebuah pilar. Andai ia membawa mobilnya ke toko ini, pasti ia akan langsung pulang tanpa mau mendengarkan penolakan Rangga lagi.
"Itu suami kamu?" tanya seorang wanita paruh baya dengan balutan daster batik semata kaki.
Anehnya, Kiara baru menyadari kehadiran wanita itu saat ini. Mungkin karena ia sedari tadi sibuk menenangkan Javon. "Bukan, Bu," balasnya sambil tersenyum tipis.
"Syukurlah. Mana ada seorang ayah yang tega membiarkan anaknya menangis seperti ini dan malah mementingkan kepentingannya sendiri."
Kiara hanya tersenyum singkat, sebagai balasan.
"Kalau pilih suami itu harus yang sayang sama anak kamu, kasian nanti kalau dia punya papa yang gak peduli dan gak sayang sama dia."
"Iya, Bu. Aku akan mengingatnya."
Tanpa Kiara duga, tangan Ibu itu mengusap rambutnya. Kiara merasa ada sesuatu yang lembut dan hangat merambat ke seluruh bagian tubuhnya. Sepertinya Javon juga merasakannya saat tangan ibu itu beralih mengusap kepala Javon.
"Kalau hubungan ibu sama anak ibu gak renggang, pasti ibu akan menjodohkannya dengan kamu."
Kiara tidak tahu harus terkejut atau menerima ucapan itu. Dijodohkan?
"Tapi kalau sudah jodoh, gak akan lari kemana," lanjutnya seraya bangkit berdiri. "Ibu pulang dulu ya."
Kiara mengangguk. "Hati-hati."
Wanita paruh baya itu tersenyum, mengingatkan Kiara pada senyum seseorang. Tapi itu tidak mungkin.
"Gue udah ketemu sepatunya, yuk kita pulang," Rangga mengusap bahu Kiara lembut.
Kiara mengangguk lalu bangkit berdiri.
Mereka berjalan menuju mobil Rangga yang terparkir di tempat parkir khusus berbayar. Rangga langsung masuk ke kursi pengemudi, begitupun juga dengan Kiara yang memutuskan untuk duduk di kursi sampingnya.
"Anak lo udah tidur?"
"Iya, dia pasti kecapean."
Rangga mulai melajukan mobilnya, membelah jalanan ibukota yang sedikit padat. "Sebenernya anak lo itu anak siapa?"
"Anak gue." Kiara menjawabnya dengan nada malas. Ia baru sadar kalau selama ini Rangga selalu menyebut Javon dengan sebutan 'anak lo'. Mungkin ada maksud tersendiri kenapa pria itu terus memanggil Javon dengan sebutan itu.
"Siapa ayahnya?" tanyanya kini dengan nada serius.
"Lo gak perlu tahu."
"Jangan-jangan lo gak tahu siapa ayahnya." Rangga menoleh kepada Kiara sebentar lalu kembali menatap ke jalanan depan.
Emosi Kiara mendadak meledak mendengar perkataan Rangga. "Kalau ngomong dipikir dulu!"
"Gue udah berpikir dulu kok. Mungkin aja bayi itu bukan anak lo."
"Apaan sih?! Javon itu anak gue, gue yang ngelahirin!"
Rangga tertawa. "Gue gak percaya."
"Karena lo selalu menganggap anak gue sebagai pengganggu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby is Mine [COMPLETED]
RomanceMorgan hanya ingin mencari anaknya yang hilang. Namun Tuhan malah mempertemukannya dengan Kiara, penulis cantik yang galak, dingin, dan menawan. Semua hal tentang wanita itu selalu mampu membuat Morgan takjub dan terbuai. Akan tetapi bukan hanya Kia...