Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore, namun Alya belum juga membawa Javon kembali. Morgan mulai merasa resah. Berbagai pertanyaan mengerumuni kepalanya dan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Tangannya sedari tadi terus menggenggam ponselnya, berharap Alya akan menghubunginya balik atau sekedar membalas SMS-nya.
Ia bingung harus bertanya kepada siapa lagi. Ia sudah bertanya kepada Edwin, Bryan, dan Joseph, tapi tak ada satupun dari mereka yang tahu keberadaan Alya dan Javon. Orang terakhir yang belum ia hubungi adalah Kiara. Sayangnya ia terlalu takut berbicara dengan Kiara, takut tak bisa mengendalikan diri.
Morgan menyandarkan lehernya di kepala kursi lalu menutup matanya. Mencoba merileks-kan tubuhnya yang menegang. Entah apa yang terjadi dengan dirinya hingga ia begitu panik saat ini. Perasaannya sangat tidak enak.
Jreng.. jreng..
Ponsel Morgan berbunyi, ia buru-buru membuka matanya. Nama yang tertera di layar ponselnya membuat ia semakin kalut. Kiara meneleponnya, bahkan sebelum ia menelepon wanita itu. Apa memang terjadi sesuatu pada Javon hingga Kiara meneleponnya?
Morgan menggeser tombol hijau pada layar ponselnya lalu mendekatkan benda kotak itu ke telinganya. Ia menyiapkan mental, apapun yang akan Kiara katakan kepadanya nanti.
"Morgan, maaf mengganggu. Lo tahu Alya ada dimana saat ini? Alya belum kembali dari tadi pagi, padahal dia bilang cuma mau jalan-jalan sebentar."
Morgan dapat merasakan kekhawatiran Kiara dari suara wanita itu. Karena ia juga merasakannya.
"Morgan jawab dong! Perasaan gue gak enak nih!"
Morgan menelan ludah gugup dan berusaha menenangkan dirinya. "Jangan khawatir, lebih baik lo cari Alya dan Javon sekarang."
"Alya bawa Javon?"
Morgan mengangguk walaupun ia tahu Kiara tidak dapat melihatnya. "Kita harus cari mereka."
"Gue harus cari dimana, Gan? Alya sama sekali gak bisa dihubungi. Gue takut terjadi sesuatu sama dia dan Javon."
"Tenang, Kiara. Lo gak boleh panik."
"Gimana gue bisa gak panik?" Suara Kiara mulai terdengar serak. "Gue takut mereka terluka."
Morgan menghela napas. "Gak ada gunanya lo nangis."
"Ya udah, gue cari mereka sekarang. Makasih ya. Maaf ganggu."
"Tunggu di sana, lima menit lagi gue sampai. Jangan kemana-mana."
"Apa?"
Morgan memutus sambungan telepon mereka secara sepihak. Ia mengenakan sweater-nya dengan cepat lalu mengambil kunci mobil. Tanpa pikir panjang, ia langsung melesat ke parkiran dan melajukan mobilnya menuju panti.
----------
"Ara jangan mondar-mandir gitu, bunda jadi tambah panik."
Kiara meremas tangannya lalu berusaha duduk diam di samping Desy. Dalam hati ia terus berdoa agar Alya dan Javon baik-baik saja. Ia akan lebih senang jika tahu Alya dan Javon ketiduran di komedi putar daripada menghilang tanpa kabar seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby is Mine [COMPLETED]
RomansaMorgan hanya ingin mencari anaknya yang hilang. Namun Tuhan malah mempertemukannya dengan Kiara, penulis cantik yang galak, dingin, dan menawan. Semua hal tentang wanita itu selalu mampu membuat Morgan takjub dan terbuai. Akan tetapi bukan hanya Kia...