Chapter 17 | Karena Edwin

10.3K 651 6
                                    

"Gue gak mau, Win," Kiara terus menolak permintaan Edwin.

Baru saja Kiara sampai di gedung apartment-nya setelah pulang kerja, ia langsung ditodong oleh lelaki pecinta makanan itu. Dan yang lebih parah lagi, Edwin meminta Kiara untuk menemaninya makan di apartment Morgan.

"Emangnya di tempat tinggal lo ada makanan?"

"Gak ada sih, tapi kan lo bisa beli makanan di cafetaria seberang."

"Gue gak mau makan di situ, gue mau makan samyang di apartment Morgan," Edwin terus ngotot ingin makan di apartment Morgan.

"Ya udah, lo sendiri aja gimana? Kasian Javon kalau musti nungguin lo makan, lo tega?"

"Tega! Tenang aja nanti kalau Javon udah dewasa, gue bakalan beliin dia banyak makanan. Gue janji!"

Kiara menggeleng tegas. "Awas aja lo kalau kasih makanan ke anak gue! Nanti Javon jadi gendut lagi!"

"Gendut itu kebanggaan bagi orang yang sudah gendut. Kalau lo gendut pasti lo akan nyuruh orang lain supaya gendut juga, kan? Itu yang gue lakuin saat ini."

"Tapi jangan ke anak gue juga kali," Kiara memutar bola matanya malas.

Kini mereka sudah berada di depan apartment Morgan dan Kiara. "Gue pulang ya, dadah! Selamat makan samyang," Kiara memasukkan kuncinya ke lubang pintu tapi dengan cepat Edwin menerebut kunci itu.

"Balikin!"

"Gak mau! Lo harus temenin gue pokoknya! Nanti ada hantu gimana? Gue kan larinya lambat, gue butuh lo!"

"Emangnya kenapa kalau lo larinya lambat? Lo kira gue bisa gendong lo?!" Kiara memijat pelipisnya yang terasa sedikit pening.

"Ngalah dong kali-kali sama gue. Cepetan bukain pintu apartment Morgan," Edwin memasang wajah memelasnya.

"Emang lo gak tau kata sandinya?"

Edwin menggeleng. "Morgan gak mau kasih tahu, katanya privasi."

Kiara menghela napas, lama-lama ia merasa tidak tega juga dengan Edwin. Jadi Kiara mulai memasukkan kata sandi apartment Morgan.

"Morgan kasih tau lo kata sandinya?"

"Gak."

Edwin masuk ke dalam apartment Morgan yang terbuka secara otomatis setelah dimasukkan kata sandi.

"Terus lo tau darimana?"

"Dari rempah-rempah pilihan yang dijaga sepenuh hati seperti anak sendiri," Kiara duduk di sofa ruang tamu Morgan. Ia berharap bisa segera pergi dari tempat itu, sebelum pemilik tempat itu datang.

"Lo mau samyang juga?"

"Gak, gue gak suka pedes," Kiara membuka ponselnya untuk mengecek apakah ada pesan yang masuk.

Memang ada, tapi Kiara sama sekali tidak berniat untuk menjawabnya. Itu adalah pesan dari Rangga. Kiara sudah memutuskan untuk tidak membuka pintu kedua bagi seseorang yang sudah menghancurkan hatinya.

"Menurut lo dimana Morgan?" Edwin masih terus saja berbicara sementara ia mengaduk mie di dalam panci berisi air yang dipanaskan di atas kompor.

"Mungkin sama pacarnya! Tapi gue gak peduli!" Kiara bohong. Ia sebenarnya khawatir. Khawatir jika perkiraannya benar.

"Bukannya lo pacar Morgan?"

Kiara hampir saja menjatuhkan ponselnya ke lantai, untuk ponsel itu hanya sampai mendarat di pahanya. "Bukan, maksud gue si Karen itu."

The Baby is Mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang