Chapter 19 | Alasan

9.4K 613 7
                                    

Kiara mengernyit saat melihat keluar jendela mobil Rangga. Yang ia lihat adalah sebuah gedung putih bertingkat dengan tulisan 'Rumah Sakit Harapan' di bagian atasnya.

"Ngapain lo bawa gue ke rumah sakit?" Kiara menoleh pada Rangga yang sedang mengambil botol susu Javon yang telah kosong. Kini bayi mungil itu sudah tertidur lelap di gendongan Kiara setelah menghabiskan susu formula satu botol.

"Buat gue tempat ini bukan cuma sekedar rumah sakit, gue pengen lo tau alasan gue menghilang dari kehidupan lo," Rangga tersenyum lalu mulai keluar dari mobilnya.

Ia membukakan pintu bagi Kiara lalu mengisyaratkan Kiara untuk keluar. "Tenang, gue gak akan lama."

Kiara akhirnya setuju untuk keluar dari mobil. "Lo gak pakai kacamata hitam atau topi lagi?"

Rangga malah tertawa kecil setelah mendengar pertanyaan Kiara. "Lo masih inget tentang itu?"

Kiara mengangguk lalu memilih untuk menatap ke arah lain. Namun tiba-tiba sebuah tangan memegang bahunya dan menuntunnya masuk ke dalam rumah sakit lebih dalam..

"Eh.. ada Mas Rangga, apa kabar, Mas?" sapa seorang suster yang baru saja menghampiri Rangga dan Kiara.

"Kabar baik, Sus. Saya boleh minta tolong?"

Suster tersebut mengangguk. "Mas mau minta tolong apa?"

"Bisa tolong jagain anak saya sebentar?"

Tak hanya sang suster yang terkejut, Kiara juga terkejut mendengar ucapan Rangga.

"Wah ternyata Mas udah menikah ya? Saya jadi cemburu. Tapi gak apa-apa deh, sini saya jagain anaknya," sang suster mengulurkan tangannya untuk mengambil Javon dari gendongan Kiara.

"Gue gak mau nitipin anak gue ke siapa-siapa," tolak Kiara sambil menjauhkan Javon dari jangkauan sang suster.

Rangga meremas bahu Kiara pelan. "Hanya sebentar, kasih gue waktu 30 menit untuk menjelaskan semuanya. Setelah itu lo bisa milih untuk kembali kepada gue atau mau ninggalin gue."

Kiara dapat melihat pancaran ketulusan dari mata Rangga. Hal itu tidak terelakkan lagi. Kini Kiara kembali menatap sang suster yang terlihat bingung. Kiara menyerahkan Javon yang sedang tidur kepada suster itu dengan begitu hati-hati. "Tolong jaga anak saya ya, Sus."

Sang suster mengangguk. "Kalau gitu saya permisi dulu," pamitnya.

Kiara terus menatap sang suster yang membawa Javon pergi. Ada rasa tak enak dalam hatinya saat melihat Javon berada di bawah asuhan orang asing, walaupun orang tersebut adalah seorang perawat yang tahu bagaimana cara memperlakukan bayi.

"Tenang aja. Suster Ana pandai mengurus bayi," Rangga tersenyum lalu menautkan jemarinya dengan jemari Kiara.

Kiara dengan cepat menjauhkan tangannya dari jangkauan Rangga. "Sorry, Ga. Gue gak mau ada kontak fisik apapun."

"Ya udah, gak apa-apa. Sekarang ikut gue," Rangga tersenyum lalu mulai memimpin langkah mereka menuju ke sebuah ruangan VIP yang berada di pojok.

Kiara tidak tahu mengapa semua penjelasan Rangga berkaitan dengan rumah sakit. Tapi lagi-lagi karena penasaran, ia memilih untuk mengikuti pria itu. Kiara hanya ingin tahu kebenarannya.

Rangga membuka pintu kamar itu sehingga bau obat-obatan langsung tercium. "Ini kamar rawat seseorang."

Mereka berdua berjalan memasuki ruangan itu sehingga dapat melihat jelas sosok wanita yang berbaring di dalamnya. Wanita itu memiliki rambut ikal kecoklatan dan kulit putih pucat. Ada banyak alat bantu pernapasan yang wanita itu gunakan untuk tetap bertahan hidup.

The Baby is Mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang