"Sesuatu yang tidak kita ketahui belum tentu tidak ada."
Morgan Pradipta, seorang penyanyi sekaligus gitaris yang dikaruniai garis wajah tegas dengan alis tebal dan mata kecokelatan yang mampu menenggelamkan setiap kaum hawa yang melihatnya. Kini pria itu tengah berdiri di atas sebuah rangkaian besi yang telah disulap menjadi sebuah panggung. Ia tidak hanya berdiri sendiri melainkan bersama dengan empat temannya yang lain.
Mereka tidak sedang menampilkan sebuah drama ataupun menjadi bagian dari sebuah acara talk show. Band yang diberi nama 'Five Single Band' itu sedang melantunkan lagu-lagu yang terdapat dalam album terbaru mereka. Banyak orang yang bertanya-tanya awalnya tentang nama band mereka yang terdengar aneh itu. Pada kenyataannya nama itu menyampaikan sebuah fakta bahwa band tersebut terdiri dari 5 orang pemuda yang masih single, alias tak memiliki pasangan.
Mendengar kata 'single' mungkin mengenaskan bagi sebagian besar orang. Tetapi bagi Morgan Pradipta, Rangga Dennis, Edwin Nathanael, Joseph Christianto, dan Bryan Hadikusumo, hal tersebut bukanlah sebuah masalah. Mereka memang diharuskan oleh pihak management untuk tidak memiliki kekasih selama bergabung dalam band. Rupanya ini seperti taktik untuk menjangkit dukungan dari para kaum muda.
Nyatanya taktik tersebut berhasil, sampai hari ini 'Five Single Band' telah mengadakan sepuluh konser besar di kota-kota besar Indonesia. Dan konser yang terakhir ini diadakan di Jakarta dan dihadiri oleh lebih dari satu juta penonton. Bahkan beberapa warga asing rela datang ke Indonesia untuk menyaksikan konser mereka.
"Terima kasih untuk semua yang telah mencintai kami berlima dan mengapresiasi lagu-lagu kami. Semoga kami bisa mengadakan konser besar lagi tahun depan." Morgan dan empat temannya yang lain menunduk, sebagai tanda kalau konser telah berakhir.
Terdengar suara tepuk tangan yang begitu meriah. Kelima personil band itu tersenyum lalu mengucapkan salam perpisahan kepada para penonton sebelum akhirnya turun dari panggung.
"Good job, boys!"
Suara itu berasal dari seorang wanita yang mengenakan kaos bertuliskan 'I love FSB'. Dia mengenakan sebuah tanda pengenal yang menunjukkan bahwa ia adalah manager dari FSB.
"Thanks, Karen." Rangga meletakkan stick drum-nya di saku celana, lalu menjatuhkan dirinya di atas sebuah sofa kulit yang sudah terlebih dahulu dihuni oleh Edwin dan Joseph, sang gitaris.
Sementara Bryan malah sedang memijat punggung Morgan yang langsung tertidur setelah berada di backstage. Jangan kira di backstage ada sebuah tempat tidur ataupun banyak sofa, karena sebenarnya hanya ada satu sofa di backstage yang sudah dikuasai oleh Edwin, Rangga, dan Joseph.
"Morgan, berhenti pura-pura tidur seperti itu. Cepet bangun." Karen mengisyaratkan Bryan untuk berhenti memijat. Sang bassist-pun menurut. Sudah lama ia tidak ditolong dalam keadaan seperti itu.
"Gan, lo betah amat tidur di lantai, gak takut keinjek?" Kali ini Edwin ikut ambil suara.
Morgan masih belum juga bergeming. Kebiasaan Morgan sehabis konser adalah tidur di lantai, kebiasaan itu selalu membuat seluruh anggota band-nya gatal untuk menginjak tubuh pria itu.
"Gue injek ya, Gan. Jangan marah ya sama gue, ini demi kebaikan lo." Joseph tertawa penuh arti.
Tepat sebelum sepatu Joseph menyentuh punggung Morgan, Morgan langsung menghindar dan memasang posisi kuda-kuda. "Apaan sih? Lo pada ganggu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby is Mine [COMPLETED]
Storie d'amoreMorgan hanya ingin mencari anaknya yang hilang. Namun Tuhan malah mempertemukannya dengan Kiara, penulis cantik yang galak, dingin, dan menawan. Semua hal tentang wanita itu selalu mampu membuat Morgan takjub dan terbuai. Akan tetapi bukan hanya Kia...