Chapter 43 | Ulang Tahun

6.6K 477 4
                                    

Kiara membuka matanya secara paksa saat merasakan sesuatu yang basah jatuh ke wajahnya. Yang ia lihat pertama kali adalah wajah Javon yang berada tepat di atas wajahnya. Air liur bayi itu terus mengalir keluar hingga membasahi wajah Kiara.

Kiara langsung menurunkan Javon dari tubuhnya dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengambil handuk Javon di lemarinya lalu membersihkan bibir Javon dari cairan surgawi itu. Tak lupa Kiara juga membersihkan wajahnya.

"Ciee yang udah setahun! Selamat ulang tahun, Sayang." Kiara mencium pipi Javon. "Mommy sayang Javon."

Javon memukul-mukul tempat tidur di bawahnya dengan pipi terangkat karena terus menyunggingkan senyuman. "Daddy! Daddy!"

Senyuman di wajah Kiara mendadak hilang. Rupanya tak cuma ia yang merindukan Morgan, Javon juga. Sudah dua minggu Morgan pergi dan tidak memberinya kabar. Seharusnya Kiara memang tidak berharap Morgan akan memberinya kabar.

"Javon kangen ya sama daddy? Mommy juga."

"Kiara!"

Pintu kamar Kiara terbuka paksa, ia menemukan Alya sedang bertolak pinggang seraya memegang gaun yang akan ia gunakan nanti. Sejak kepergian Morgan, Kiara dan Alya memang menjadi akrab. Awalnya Desy tidak suka melihat kedekatan mereka, tapi akhirnya perempuan itu luluh ketika melihat kehadiran Alya mengembalikan senyum di wajah Kiara.

"Ra, lo tahu gak sekarang udah jam berapa?"

Kiara menoleh untuk melihat jam dinding lalu kembali menatap Alya. "Jam 9."

"Lo tahu acara ulang tahun Javon mulai jam berapa?"

"Jam 10.." Kiara menghentikan ucapannya ketika sadar akan sesuatu. Kiara buru-buru turun dari tempat tidurnya dan merebut gaunnya dari tangan Alya. "Sorry, Al. Gue kesiangan. Pasti gara-gara nonton drakor semalam."

"Lo tiap hari kesiangan mulu, Ra!" Alya memutar bola matanya. "Udah sana cepet mandi."

Kiara mengangguk lalu berlari ke kamar mandi.

"Mommy." Mata Javon mulai berkaca-kaca karena Kiara meninggalkannya begitu saja.

Alya mendekat ke arah Javon lalu menggendongnya. Senyum Javon kembali mengembang. "Waktunya pangeran untuk siap-siap."

----------

Semuanya tertata dengan sempurna. Mulai dari dekorasi dengan tema biru laut hingga hidangan yang berjajar rapi di atas meja panjang. Kiara tersenyum melihat gaun saat ini melekat pada tubuhnya. Gaun itu adalah hadiah yang diberikan Gracia kepadanya. Ia begitu menyukai gaun itu. Warnanya biru muda dan menutupi bagian kakinya hingga ke lutut.

Ia melangkah menuju kerumunan kecil yang turut melengkapi kebahagiaannya hari ini.

"Ada bidadari, Coy!" Bryan tanpa sadar memukul lengan Edwin saat melihat Kiara.

Edwin langsung mengusap lengannya yang sudah menjadi korban pagi-pagi seperti ini. "Inget, Bry! Lo udah punya pacar!"

"Siapa pacar gue? Gue masih single and very happy kok. Jadi kalau lo mau jadi pacar gue, tinggal minta aja ya, Ra. Nanti gue jadiin lo pacar gue detik itu juga."

Kini Joseph melayangkan tangannya ke kepala Bryan. "Coba aja kalau lo mau mati."

Kiara tertawa melihat perdebatan ketiga orang itu. "Kenapa sih kalian berantem mulu di depan gue? Gue bosen lihatnya," curhat Kiara.

Ketiga pria itu saling tatap-tatapan.

"Sayang, kamu udah makan belum? Aku ambilin makanan ya, kasian anak kita belum makan." Bryan mengelus perut Edwin yang mengintip dibalik kemeja putihnya yang kekecilan.

The Baby is Mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang