#Playlist 5
Vega Antares - Cinta Kan Membawamu (Cover)
All through the night, I'll be awake and I'll be with you.
All through the night, this precious time, when time is new.
All, all through the night today, knowing that we feel
the same, without saying, the same without sayingWe have no past we won't reach back,
Keep with me forward all through the night
and once we start a meter clicks,
and it goes running all through the night.
Until it ends, there is no end.**
Divas
05.45 sore, langit Jakarta biasanya udah mulai gelap. Tapi entah kenapa, ketika pesawat gue sampai di Bandara Soekarno-Hatta dan mobil putih Pajero Sport Mas Dhika mulai berjalan meninggalkan bandara untuk ke tempat tujuan, saat itu langit berwarna aurora.
Dulu, gue gak pernah tau kalau warna langit oranye gelap yang kemerahan itu punya nama aurora. Ada seseorang yang memperkenalkan warna itu ke gue.
"Kok langitnya warna merah sih?" di jam yang sama, gue masih ingat dengan jelasnya gimana indahnya warna langit sore itu. Setiap kali gue pulang les, gue selalu mendapatinya membawa mobil Jeep usangnya ke tempat ini, kemudian seperti biasa dia akan duduk di atas mobil sambil menengadahkan kepalanya ke atas. Dia selalu bilang kalau langit dan gue adalah inspirasi lukisannya. Meskipun kadang lukisannya gak selalu tentang langit.. Ataupun tentang gue.
"Itu bukan merah tau," jawabnya membuat gue menoleh. "Itu namanya warna aurora."
"Aurora?" tanya gue bingung karena gue gak pernah tau warna dengan nama itu ada.
"Iya. Aurora. Warna waktu langit tetap ingin terang meskipun seharusnya dia gelap."
Dan entah kenapa gue suka artinya, terlebih ketika dia menjelaskannya lebih detail.
"Tau gak, Vas? Aurora means strength. A strength to stay hold on."
Disaat semua orang memanggilnya Tukang Onar, gue memanggilnya Kak Kio.
Karena ketika wajah kerasnya ditunjukan kepada semua orang -tanpa senyum ramah, tanpa tulus, tanpa baik, ketika bersama gue, dia bisa tersenyum dengan hangat. Seolah-olah dia adalah sosok berbeda dari yang semua orang kenal.
"Kamu juga harus kayak gitu ya, Vas. You should become an aurora. Even when night forces you to be dark, you should stay to shine.. As bright as morning."
Gak bisa, Kak, jawab gue dalam hati. Ketika gue membuka kaca mobil dan mengeluarkan sebelah tangan gue keluar jendela, merasakan dinginnya angin yang menusuk telapak tangan, gue tetap berkata, "Gak bisa, Kak. Gue gak bisa jadi aurora."
Gue gak bisa seperti langit sore itu.
Terhitung sejak tubuh tegapnya tertutup peti kayu beberapa tahun lalu, mungkin langit aurora sudah menghampiri gue hampir 15 kali. Sekarang yang ke-16, dan gue masih berkata, "Gue gak bisa jadi kayak langit itu... Because I give a permission to the night for giving me darkness."
Gue gak akan pernah bisa bertahan untuk tetap terang, seperti yang lo mau.
Karena gak ada lo yang selalu mengingatkan gue itu.
Bayangan beberapa tahun lalu itu pudar ketika gue merasa sebelah tangan gue yang lain digenggam dengan erat. Gue hanya mendapati Mas Dhika sedang menoleh sambil tersenyum, sesekali matanya melihat ke jalan untuk fokus menyetir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serangkai
General Fiction(SUDAH TERBIT) Untuk Deverra, dari Divas, tentang Zacchio.