Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
∞∞∞∞∞∞
DIVAS
"Hidup itu cuma punya dua pilihan, Vas -diam dan gak berbuat apa-apa, atau berjuang sampai mati untuk dapetin apa yang kita mau."
Untuk seorang dokter berumur 26 tahun yang baru resmi merasakan posisi dan pekerjaannya sebagai seorang dokter seutuhnya -yang gak pakai embel-embel dokter Koas, atau dokter muda.
Dokter umum.
"Lo gak mau ambil spesialis?" di umur ini, biasanya temen-temen gue udah punya rencana, Abraham kebetulan selalu bercita-cita jadi orthopaedic. Keren katanya bisa congkal-congkel tulang orang kayak main lego -sebentar, ini agak serem ya kalau dibayangin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gak ah," UGD selalu ramai banget. Apalagi semenjak Rumah Sakit Adisoebroto terima layanan BPJS. Dalam sehari, selalu ada orang yang masuk UGD. Ada yang penyakitnya memang berat kayak radang usus kronik dan penyempitan pembuluh darah, ada yang punya Maag karena gak makan 3 hari habis diputusin pacar -jangan dicontoh, bodoh soalnya.
"Kenapa coba? Kan lo bisa dapet beasiswa. Dokter Dino juga pengen banget lo jadi orthopaedic."
"Capek sekolah," balas gue membuat Abraham memberikan tampang -_- "Nyadar gak sih lo kita sekolah lama banget? Gila, berasa seumur hidup sekolahnya. Terus lo nyuruh gue sekolah lagi? Dih, ogah," lanjut gue sambil merapikan beberapa kain kasa dan alat injeksi.
