Karena mu, tenang Semua khayal seakan kenyataan Berlari-lari, di taman mimpiku Imajinasi t'lah menghanyutkan Mimpiku sempurna, tak seperti orang biasa
**
Divas
Mungkin sekitar 30 menit gue hanya diam dan gak berbicara sepatah katapun. Gue bahkan lupa 30 menit sebelumnya gue ngapain. Tapi yang jelas, sekarang gue udah duduk di dalam mobil yang sama dengan yang gue duduki minggu lalu.
Bahkan wanginya aja masih sama.
Gak. Gak. Gue gak mau ngomongin apapun yang berhubungan dengan kata wangi.
Sadar kalau sekarang udah hampir jam setengah 7 malam dan gue gak kunjung tau kemana cowok super random ini membawa gue, akhirnya gue mengeluarkan suara, "Ini mau kemana sih?"
Rasanya gue pengen ketawa deh, cuma gak tau kenapa gue lagi gak bisa karena ada hal lain yang mengganggu pikiran gue. Padahal ngeliat tingkahnya sekarang, dia lucu banget -kaget dan melirik gue bingung sambil berdeham berulang kali.
"Gak tau."
Gue langsung mengerutkan kening karena heran, "Lo yang ngajak gue pergi terus sekarang lo gak tau kita mau kemana?" nada suara gue naik.
"Lagian lo diem aja, gak kasih ide mau kalan kemana."
"Ya kreatif dikit dong? Masa modusin cewek terus bingung mau bawa ceweknya kemana?"
"Gue gak modusin lo ya!" dia ngelak lagi dan gue langsung tertawa mencibir, "Hahaha iya iya. Sembarangan meluk orang tuh bukan modus namanya. Khilaf ya?"
Dia diem dan gak tau kenapa bibirnya membentuk pout yang bikin dia kayak anak kecil lagi cemberut karena dimarahin Ibunya.
"Pake ngendus-ngendus pundak orang lagi tadi.. Lo masih manusia kan? Bukan Siberian Husky?"
"Lo pikir lo gak ngendus-ngendus ke gue waktu itu?" balasnya kesel.
"Ya gue waktu itu penasaran karena lo wangi banget."
"Yaudah kalo gitu tadi gue juga penasaran karena lo wangi banget," balasnya sangat teramat tidak kreatif dan gue langsung menghela napas lelah.
"Intinya lo modus kan sama gue? Sengaja dateng ke rumah sakit cuma buat ketemu gue terus ngajak jalan gue lagi."
"Tau ah. Terserah lo."
"Oke. Terserah berarti bener."
"IH ENGGAK!"
"KATA LO TERSERAH TADI, GIMANA SIH. PEMBALAP PLIN PLAN," teriak gue balik. "Kalo lo plin plan kayak gini sih gue gak heran ya lo nubruk waktu itu," gue menambahkan dan dia cuma diam lagi.
Kemudian hening lagi.
Gak ada yang bersuara satupun di antara kita dan gue sedikit gak nyaman sama keheningan itu.
Makanya gue memilih untuk mengeluarkan iPod butut berwarna biru yang hanya berisi 1 lagu itu dan memasang earphonesnya ke telinga gue sambil membuka jendela mobil dan melihat ke arah jalan.
Gue diam, tapi pikiran gue enggak.
"Lo wangi deh."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.