Aku dan kamu melipat malam Dengan cerita yang tercipta dari Jejak langkah hari-hari yang telah berlalu Dan kita berdua termangu terperangkap rindu
Aku dan kamu menjelma bintang Memeluk malam berselimut kelam Pudarkan keruh dunia yang penuh keluh Bintang menyapa gulita ciptakan bahagia
**
Deverra
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maladivas."
"Gue sayang sama lo."
"I love you, so much."
"These tears are the proofs."
Gue gak tau keberanian macam apa yang gue punya sampai semua kalimat itu keluar begitu aja dari bibir gue. Orang bilang ketika kita mengatakan sesuatu dengan spontan, tandanya dada kita udah terlalu menampung itu semua dan memang sudah waktunya kata-kata itu di keluarkan.
Tapi konteksnya berbeda.
Because I just confess to a girl I barely know -it's even less than a year I know her, dan gue gak pernah tau kalau gue bisa punya perasaan sekuat ini dengan seseorang sampai akhirnya kalimat itu benar-benar keluar.
"What makes you know that you love someone?"
Pertanyaan yang gak seharusnya gue tanyakan pada seorang Pradhika Janadi mengingat gue tau benar siapa orang yang akan ada di pikiran dia sesaat setelah pernyataan ini terlontar.
Gak perlu menunggu lama, mungkin kurang dari satu menit ketika Pradhika hanya bersandar pada tempat duduknya sambil tersenyum nanar -seakan dia mengingat sesuatu.
"9 tahun lalu gue ikut olimpiade sains..," saat dia mulai, gue seakan dipertemukan dengan diri gue beberapa tahun lalu -saat ada seseorang yang bertanya dengan bagaimana gue jatuh cinta pada seorang Claire Paveitria.
"Saat itu adalah kali pertama gue ikut olimpiade dan dalam satu tim, ada 4 orang. Semuanya kelas 11 dan kelas 12, tapi ada 1 anak yang masih kelas 10. Umurnya masih 14 tahun dan hampir semua sudut sekolah selalu nyebut namanya dengan penuh bangga.."
Ada senyum tulus di bibir Pradhika, "Karina Maladivas Nota."
"Cantik, pinter, selalu lolos program akselerasi, ramah, baik sama semua orang. Waktu tau kalau kakaknya bermasalah banget di sekolah karena suka cari onar.. Gue pikir aneh aja kalo sampe ternyata dia bener-bener sesempurna yang orang ceritain. Tapi ternyata... Waktu akhirnya dia sapa gue dan kita berakhir cerita tentang ini itu....," sempat ada jeda untuknua menarik napas. Kemudian kedua matanya menangkap kedua mata gue yang memperhatikannya dengan saksama, "Satu minggu.. Dua minggu.. Satu bulan.. Satu tahun.. And then I knew I was falling for her. Because everytime I saw her smile, I smiled wider. And everytime I saw her tears, I cry harder."