Bagian 6

1.9K 130 15
                                    

Aku merasakan sesuatu di kepalaku, aku merasakan seseorang membelai rambutku dan perutku. Aku mencoba membuka mataku, namun rasanya sangat berat. Aku melihat seorang pria yang tak asing menurutku.

Ya, aku mengenalnya, sangat mengenalnya. Ia tersenyum sambil terus membelai rambut dan perutku. Aku mencoba membuka​ kedua mataku dengan sekuat tenaga. "Ssttt! Kamu tidur aja, ini masih jam 2, kamu butuh banyak istirahat" ujarnya. Seketika itu juga kesadaranku kembali sepenuhnya.

Aku langsung bangkit dari tidurku, aku menjauhkan diriku darinya. "Hey! Ada apa? Kamu kenapa Sal?" tanyanya. Ada apa? Masih beraninya ia bertanya ada apa? Dasar pria! Tidak pernah peka! Atau ia memang berpura-pura bodoh? Aku menatapnya dengan penuh kekesalan.

Ia mendekatiku, ia ----- ia naik ke atas tempat tidurku. Apa? Berani sekali dia naik ke atas tempat tidurku. Ia mendekatiku, namun aku mencoba untuk menjauh."Hey! Sayang, tidurlah ini sudah larut malam, ini baru jam 2 pagi sayang, tidurlah" ujar pria ini.

Ia masih saja mencoba mendekatiku, aku pun loncat dari tempat tidurku, aku berdiri di depan meja riasku. Aakkhhh! Sakit! Mengapa perutku terasa sakit? Aaaw, ini sangat sakit. Aku memegang erat senderan kursi ini. Tanpa sadar, pria ini sudah berada di sampingku sambil memeluk bahuku. "Salsha, kamu kenapa sayang?" Tanyanya dengan lembut, namun masih terdengar nada panik dari suaranya.

"Aaah saaakkiiittt" jawabku dengan jujur. "Apa yang sakit sayang?" Tanyanya semakin panik. "Perut aku sakit, sakit banget" jawabku. "aaaww sakit!!!!!" Teriakku secara spontan. tanpa ku sadari, air mataku mengalir dengan indahnya membasahi pipiku.

Pria ini dengan sigap membopong tubuhku ke atas kasur. Ia meletakkan tubuhku dengan perlahan. Ia kembali mengelus rambut dan perutku dengan lembut. Aneh! Rasa sakit yang ada di perutku secara perlahan berkurang. Secara perlahan juga kesadaranku mulai berkurang. Pandanganku pun semakin rabun. "Salsha! Iqbaal, Salsha kenapa?"

Tiba-tiba saja aku mendengar suara Bunda, namun aku tak yakin karena kesadaranku pun semakin berkurang. "Salsha tidak apa-apa Bunda, tadi ia  bilang perutnya sakit Bunda" jawab pria yang memangku diriku saat ini, Iqbaal Dhiafakhri, suamiku.

"Ooh itu, hanya gejala awal saja, mungkin Salsha belum terbiasa karena ini merupakan kehamilan dia yang pertama, tolong kamu jaga Salsha ya Baal, Bunda mau ke kamar lagi" ujar Bunda dengan pelan. "Iya Bun, Bunda kembali saja ke kamar Bunda, biar Iqbaal yang jaga Salsha" jawab Iqbaal dengan pelan. Aku pun tak tahu apa yang selanjutnya yang terjadi. Aku hanya ingat bahwa aku dalam pangkuan Iqbaal dan aku tertidur dengan nyenyak hingga paginya.

•°•°•°•

Aku membuka mataku, namun rasanya sangat berat. Aku merasakan kehangatan. Aku memaksakan diriku untuk membuka mataku. Aku melihat dada bidang seorang pria. Aku menaikkan pandanganku ke arah wajahnya. Iqbaal. Ternyata ia yang memelukku semalaman. Aku merasa begitu nyaman​. Aku merasa begitu terlindungi. Aku merasa begitu tenang. Aku merasa ------ ahh aku sangat bahagia. Aku semakin mendekat ke arah tubuhnya. Aku kembali menutup mataku. Aku kembali ke alam mimpiku.

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang