Aku hanya duduk diam diatas tempat tidurku, merenungkan semua kejadian hari ini. Masih sulit bagiku untuk mempercayainya. Semua ini sangat di luar dugaanku. Mungkin bukan hanya diriku, bahkan semua orang. Kak Ali? Dia melakukan hal terkutuk itu? Hal najis itu? Aku tidak dapat mempercayainya. Kenapa ia begitu tega melakukannya? Ia ternyata tidak sebaik yang aku kira selama ini. Ia ternyata lelaki bejat yang tidak memiliki perasaan sedikit pun. Kembali teringat di benakku ketika wanita itu mendatangiku, menceritakan semuanya padaku. Menceritakan semua rasa sakit yang harus ditanggungnya seorang diri.
***** FLASH BACK *****
Ketika Kak Ali begitu pergi apartemenku, seketika itu juga aku panik memikirkan Iqbaal. Aku tak ingin anakku tumbuh tanpa ayahnya. aku pun bergegas bersiap-siap untuk pergi kerumah. Baru saja aku membuka pintu apartementku, aku melihat seorang wanita berdiri di depan apartementku. Aku memperhatikan wanita ini secara sesakma, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi aku lupa dimana. Tidak mungkin aku mengenalnya, mungkin ini hanya perasaanku saja. Lagi pula, tidak ada orang yang mengetahui apartementku selain Kak Ali, bahkan Iqbaal pun tidak mengetahuinya.
Aku mencoba untuk tidak menghiraukannya, aku pun mengunci pintu apartementku. Baru saja aku berjalan beberapa langkah, tiba-tiba aja "Salsha" suara seorang wanita, aku yakin wanita itu memanggilku. Aku membalikkan tubuhku. "Ada beberapa hal penting yang ingin aku katakan padamu" ucap wanita ini. Ia terlihat sangat sedih. "Baiklah, mari kita berbincang di dalam" ajakku pada wanita ini. Aku pun kembali membuka pintu apartementku. "Ayo masuk" ajakku, lalu aku berjalan terlebih dahulu memasuki apartementku, dan wanita ini mengikutiku dari belakang. "Silahkan duduk, aku akan mengambilkanmu minuman" ucapku lalu berjalan menuju dapur, meninggalkan wanita itu seorang di depan. Aku menuangkan minuman ke dalam 2 gelas dari minuman kemasan yang selalu tersedia di kulkas. Lalu aku membawa minuman ini ke depan. Aku meletakkan gelas minuman ini di atas meja "Silahkan di minum" ucapku padanya seraya duduk di sofa.
"Salsha, maafkan aku" tiba-tiba saja wanita itu meminta maaf padaku. Ada apa dengan dirinya? "Maafkan aku untuk semua kesalahanku, semakin lama aku semakin tidak kuat jika harus melihatmu menangis terus menerus dengan kondisimu seperti ini" ujarnya. Aku pernah melihatnya. Aku pernah bertemu dengannya. Tapi aku tidak mengingatnya. "Maaf jika aku mendekati Iqbaal" ia mengucapkannya seraya menundukkan kepalanya. Seketika itu juga aku berdiri, aku tidak percaya ini. Bagaimana wanita ini dapat mengetahui tempat ini. Iqbaal? Jadi benar, aku pernah melihatnya. Benar, ia selingkuhan Iqbaal. Benar, ini orangnya. "Keluar! Keluarlah dari apartementku!" perintahku dengan perlahan.
"Salsha, denga----"
"KELUAR!!!!" teriakku padanya.
"Salsha, aku datang kemari untuk meminta maaf kepadamu" ujarnya. Aku dapat melihat air mata yang menetes dari matanya. "Aku datang kemari juga ingin meminta bantuanmu, tolong pertemukan aku dengan Ali. Ku mohon" tangisnya. Apa? Kak Ali? Apa hubungannya? Kembali. Kembali berjuta tanda tanya itu muncul di benakku. "Kumohon Salsha, pertemukan aku dengan Ali" mohonnya padaku. "Apa? Apa hubunganmu dengan Kak Ali? Mengapa meminta bertemu dengannya?" tanyaku padanya mencoba menenangkan diriku. "Tapi kumohon, duduklah Salsha" ujarnya seraya mengusap air matanya. Aku pun kembali duduk. "Aku akan menceritakan semuanya padamu" ucapnya. "Jelaskan saja semuanya padaku Chelsea" ujarku padanya.
"Tapi sebelumnya, adayang ingin tanyakan padamu" ucap wanita bernama Chelsea ini. Aku pun menatap kearahnya, yang mengartikan 'APA?'. Seolah mengerti maksud tatapanku Chelseamengajukan pertanyaanya, "Apa kau benar-benar tidak mengingatku, Salsha?"tanyannya. "Apa?" aku mengerutkan dahiku kebingungan. "Apa maksudmu?" tanyakulagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
General Fiction"Hidup ini tidak adil! Jadi biasakanlah dirimu!!" -Patrick Star (Spongebob Squarepants) TIDAK! HIDUP INI SANGAT ADIL! Apa yang kau tabur, itulah yang engkau tuai di kemudian hari. Tapi, aku tidak melakukan kesalahan apapun? Mengapa aku harus mengala...