bab XVIII

30 0 0
                                    

  Ridwan hanya menghela nafas panjang ia tahu bahwa sikap egois anaknya tidak pernah berubah tetapi terkadang apa yang ia perrahankan sebenarnya itu baik baginya "sayang kamu harus menuruti kemauan suami sayang karena ia adalah imam mu saat ini dan nanti" sia sudah tidak sanggup membendung airmatanya lagi sampai terasa sentuhan hangat mengalir di pipinya dengan terpaksa sia mengerahkan surat pengunduran diri yang sudah ia buat tadi.

  Ridwan sendiri seakan menyesal dengan keputusan ini namun apa boleh buat semua harus terjadi atau rumah tangga anaknya yang berjalan tidak baik nantinya, sia yang berjalan di koridor dengan lunglai seakan tak bernyawa mata yang merah karena menahan tangisnya sungguh pilihan yang berat baginya .

  Saat berusaha memasuki lift sia seakan terlalu lemas untuk berjalan dan menabrak seseorang di depannya "mrs sia??? Apa kamu sakit mrs??" "Heemm aaa kamu dr. Richard sorry ya aku tidak melihat mu tadi" "mrs mau saya bantu?" "Tidak usah dok saya bisa sendiri, ahh iya kamu punya hutang ya dengan ku" richard yang bingung hanya mengernyitkan dahinya "hutang apa mrs??" "Apel ku" "ohh iy kalau begitu mrs mau saya ganti buah apa?" "Bagaimana kalau malam ini kamu traktit aku?" "Siap mrs" "ok tunggu 10 menit lagi ya" .

Entah kenapa richard merasa sangat senang dengan ajakan sia yang membuat jantungnya berdegub dengan kencang sampai sampai ia tidak berhenti tersenyum sedetikpun bagaikan orang yang baru saja di terima cintanya oleh kekasih pujaan, sia segera menyusun semua barang barangnya dalam box besar dan merapihkan segalanya serta ia menyampaikan ucapan perpisahan ke dian sekertarisnya hingga membuat mereka berdua tersedu setelah berpamitan dengan dian sia langsung menuju parkiran untuk memasukan barang barangnya ke bagasi.

  Sekitar 10 menit richard sudah menunggu dengan mobil lexus putihnya di lobby RS namun sia tidak juga muncul sampai ia mendengar klakson di belakangnya "mrs sia,,, aku fikir dia tidak bawa mobil" dengan sedikit kecewa karena tidak bisa berbincang di jalan dengan sia nantinya lalu richard menuruni mobilnya dan menghampiri sia "mrs? Kita mau kemana?" "Ke dunia ku" dengan tertawa sia mengatakannya walupun sebenarnya ia hanya membohongi ekspresi "kita balapan ya ke cafe di kemang itu" sahut sia sambil menggas mobilnya , richard yang sudah bersiap di mobil segera menancap gas berbarengan dengan sia.

  Di sini richard benar benar mengagumi sia "bagaimana bisa seorang model membawa mobil seperti itu" ia bergumam sendiri di mobil yang hanya mengelangkan kepalanya , walaupun berusaha keras richard tetap kalah dengan sia dengan cepat sia memarkirkan mobil bmw nya di cafe tersebut "yeyyy I'm winn" sia berteriak saat keluar mobil dan mendapati richard yang berada di belakang mobilnya "akhh mrs sia curang nih" "loh curang kenapa?" "Mana ada model yang bawa mobil seperti itu apa jangan jangan mrs itu pembalap juga ya" sia hanya tertawa melihat ekspresi richard yang lucu "ya sudah aku yang traktir ya hari ini" sahut sia dan memasuki cafe tersebut bersama richard.

  Cafe yang sedikit akan penerangan karena cafe ini di padu dengan pubb of course mereka bisa dengan leluasa menegak alkohol disini "mrs ini tempat apa ya?" "Panggil aku sia saja, karna aku bukan atasan mu lagi" sahut sia dengan  senyum menggoda , mereka memilik duduk di sudut cafe agar tidak terlalu mencolok "mas.." richard memanggil waiter yang sedang berdiri di ujung bar "kamu mau apa si?" "Stolichnaya gold vodka dan apel slice" "bloody mary and sparkling water" waiter yang memastikan kembali pesanan mereka dan pergi meninggalkan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka pesan "kamu kenaoa minum alkohol sia? Ya aku tahu kamu pasti tidam asing dengan itu tapi kan tidak baik untuk kesehatan mu" sia hanya tersenyum geli mendengar penjelasan richard.

  Setelah pesanan mereka tiba sia dengan  cepat menegak setiap tetes vodka nya dan richard hanya memperhatikan sia saja " kamu tahu dok, aku ini hanya korban lalu kenapa aku harus mendengarkan nya" sia yang tampaknya sudah sedikit mabuk mulai mengacau semua pembicaraannya "sia kamu Mabuk ya kita pulang saja ya" handphone sia berdering sejak tadi tetapi sia tidak menanggapinya "sia da telpon sepertinya pak david" "untuk apa dia menelfonku apa dia memikirkanku?? Sh*t", waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi akhirnya sia yang tidak sadarkan diri di gendong oleh richard dan ia mengantar sia sampai ke rumahnya.

  "Ting tong" dengan sedikit kesal david membukakan pintu yang ia yakini itu adalah sia karena david sengaja mengunci pintu depan rumahnya dan saat david membukakan pintu serta siap untuk mengutarakan kekesalannya pada sia namun yang ia dapati adalah istrinya yang berada di gendongan orang lain "sia... sia kamu kenapa lagi, sia kenapa richard?" Sambil mengambil sia dari gendongan richard "mabuk berat pak, tadi saya sudah melarangnya tapi.." "ok terima kasih kamu sudah mau mengantar istri saya" ucap david dengan menekankan kata istri pada richard yang masih terpaku di depan pintu rumah megah milik david dan sia.

  David segera membawa sia naikbke lantai 2 dimana tempat peraduan mereka berada "sayang bangun sayang" david terus memanggil sia dengan putus asa karena ia tahu lagi lagi semua karena dirinya dan keegoisan sia yang tidak pernah berjalan baik , sia tertidur dengan pulasnya sampai mentari menyinari setiap sudut kamar mereka dan david yang sudah bersiap untuk pergi ke kantor menunggu sia sampai ia bangun "hemmm dave eouggg ougg" sia mual akibat alkohol yang sudah bergejolak di perutnya lalu ia segera ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya namun kali ini david hanya menunggu sia dengan duduk di sofa kamar "akhhh maaf dave aku mual sekali" david hanya mengernyitkan dahinya tanpa berkata apapun.

  "2 bulan kita menikah dan sudah berapa kali kamu pulang dengan keadaan mabuk orchia giselle?? Aku selalu berusaha diam tapi aku mendapati kamu di gendong lelaki lain dini hari!! Apa kamu belum puas sia?" David seakan tidak bisa menahan amarahnya kali ini sampai ia harus membentak sia dengan lantangnya , sia hanya terdiam dan tiba tiba ia merasa mual kembali "eougg eougg" sia kembali ke kamar mandi namun tidak ada apapun disana hanya cairan bening yang keluar dari tubuhnya "sia mulai hari ini kamu tidak aku izinkan kemanapun tanpa seizin ku , mengerti?" Sia yang masih merasa mual hanya menganggukan kepalanya saja kemudian david hanya berlalu begitu saja meninggalkan sia di kamar.

  Di perjalanan david merasa menyesal kepada sia lalu ia menelfon rumah ernyata di angkat oleh bi desi karena handphone sia masih mati sejak kemarin "halo kediaman david white" "halo bi ini dave , apa sia sudah bangun?" "Nyonya sejak tadi muntah terus tuan sekarang tidur lagi waktu bibi ke kamarnya" "emm baiklah makasih ya bi" "iya tuan" david berfikir itu karena sia terlalu banyak minum pastinya dan ia tidak mau ambil pusing karena saat ini sia sudah pasti tidak pergi kemanapun dengan keadaan seperti itu.

  Sia tertidur sampai sore hari ia terlalu lelah sepertinya dengan hari ini dan setelah sadar ia tertidur begitu lama sia beranjak dari tempat tidur dan membersihkan diri kemudian sia pergi ke dapur karena tiba tiba sekali sia ingin es jeruk "bi.. bi.." "ia nyah , saya kira nyonya masih tidur jadi bibi belum masak " "tidak apa apa bi, aku cuma mau tanya apa kita punya jeruk peras? Aku lagu pengen yang seger bi" "es jeruk nyah? Siap bibi bikinin" "okay bi aku di halaman belakang ya" sia berjalan menyusuri halaman rumahnya yang sangat luas itu sampai sampai bagaikan lapangan.

  Sia menikmati sore harinya dengan menikmati udara segar dan es jeruk nya " bi .. bi" bibi yang sedang asik menyiangi sayuran untuk makan malam segera menuju ke tempat sia berada "ia nyah.. ada yang bisa bibi bantu?" "Bi hari ini masak apa?" "Semur ayam nyah kesukaan tuan" "sia boleh ikut bantuin bibi gak?" "Ya ampun nya bibi malah seneng bisa du bantuin nyonya" "makasih bi" sia dan bibi berjalan ke dapur dengan santainya di dapur sudah ada beberapa rempah rempah dan ayam yabg sudah siap di masak , namun saat sedang asik memasak sia tiba tiba mual yang tak tertahankan akibat bau ayam yang bibi masak "eougg eougg maaf bi" "Nyah.. nyoya baik baik aja? Apa perlu bibi telfon tuan saja? Biar tuan pulang cepat?" Sia melambaikan tangan ke bibi "jangan bi nanti sia malah kena marah dengan dave , sia gak mau dave marah lagi bi sia takut" bibi yang mengerti akan kekhawatiran sia maka ia tidak jadi menelfon david dan lekas menaruh gagang telfon rumah kembali ke tempatnya.

I'M HERE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang