7. J-e-a-l-

3.6K 264 15
                                    

Gaara POV

"Silahkan Hime~" Aku menyerahkan es krim cone padanya dan dia menerimanya dengan antusias. Dia benar-benar menyukai es krim dan strawberry dan cara makannya seperti anak kecil, belepotan kemana-mana. Lucu sekali. Aku mengelap sisa es krim yang berceceran di sekitar mulutnya ketika dia selesai dan wajahnya langsung merona. Mudah sekali membuatnya merona.

"K-Kenapa? Ada yang salah denganku?" tanyanya. Oops. Aku ketahuan memperhatikannya. Kali ini dia salah tingkah. Sungguh, sikapnya membuatku makin tidak bisa memalingkan mataku darinya. Aku tersenyum melihatnya, dan dia makin salah tingkah. Menggemaskan sekali. Aku tak tahan untuk mencubit pipinya yang merah itu.

Dia mengelus pipinya pelan lalu mencubitku karna aku lancang mencubit pipinya. Mau bagaimana lagi. Aku tak tahan. Aku hanya tertawa melihatnya dan dia mencubitku lagi setelahnya. Cantik-cantik menyeramkan juga ya ternyata ckck.

Dia Sakuraku. Dia milikku sekarang. Sakura mengatakan, "iya" saat aku mengatakan bahwa aku menyukainya dan memintanya jadi pacarku. Meskipun aku tak tahu kenapa dia mau menjadi pacarku, tapi aku merasa senang dengan jawabannya saat itu. Aku tahu dia menyukai Uchiha. Terlihat dari matanya setiap kali menatap Uchiha dan sikapnya yang berbeda pada pemuda itu. Tapi sekarang dia malah menjadi pacarku. Kuharap dia bisa melupakan pemuda itu dan balik menyukaiku.

Ini sudah sore. Sakura bilang dia ingin pulang. Jadi, aku mengantarnya pulang dengan motorku seperti biasa. Aku tidak punya mobil seperti Uchiha, tapi menurutku mengenakan motor lebih enak karena aku bisa lebih dekat dengannya dan aku bisa merasakan tangannya memelukku sepanjang perjalanan.

Sakura tiba-tiba berhenti berjalan saat kami menuju ke parkiran. Kulihat tatapan matanya berubah sendu. Dia memperhatikan sesuatu, tapi sepertinya tak menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya. Mataku mengikuti arah pandangnya. Uchiha. Alasan dibalik kesedihan yang gadisku alami selaema ini. Rasanya aku ingin menghajarnya karena telah membuat gadisku sedih, tapi aku tak mau membuatnya lebih sedih karena melihatku menghajarnya. Aku berani bertaruh, dia pasti akan lebih mengkhawatirkan pemuda itu daripada aku. Aku sempat melihatnya melihat kami sebentar lalu mengalihkan pandangannya lagi pada pacar pirangnya itu.

Aku menepuk kedua tanganku dihadapannya dan dia langsung tersadar dari lamunannya. Bertingkah seperti anak kecil yang ketahuan karena telah melakukan kesalahan. Dia gugup dan langsung menundukkan kepalanya meminta maaf, tapi aku tersenyum padanya dan bersikap seperti biasa. Tidak mau membuatnya lebih sedih daripada ini.

Aku mengantarnya pulang dan berusaha menghiburnya sepanjang perjalanan dengan lelucon payahku. Selera humorku tidak cukup bagus sebenarnya, tapi dia tetap tertawa dengan lelucon yang kulontarkan padanya. Aku bersyukur. Setidaknya, aku bisa sedikit menghiburnya. Sakura pamit padaku sebelum masuk ke rumahnya dan meninggalkanku dengan senyuman manisnya seperti biasa. Aku selalu suka senyum itu. Senyum itu selalu mengingatkanku pada seseorang, entah siapa aku tak tau. Lebih jelasnya, aku tak bisa mengingatnya.

Aku memarkirkan motorku di garasi begitu sampai kerumah. Menyapa Ibu dan kedua kakakku yang sedang diruang TV lalu bergegas ke kamar, menghamburkan tubuhku ke tempat tidur. Aku lelah, tapi aku senang. Sakura resmi menjadi pacarku. Setidaknya sekarang aku bisa mengakuinya didepan Uchiha. Mungkin Sakura takkan menyukainya, tapi aku menyukai ini. Menyedihkan sekali. Aku menyukai orang yang menyukai orang lain. Dan orang yang kusuka juga mengalami hal yang sama. Yah, tapi setidaknya, orang yang kusuka bisa kudapatkan, tidak sepertinya. Terkadang aku sedih memikirkannya.

Tanganku terulur mencari ponselku yang berbunyi. Sebuah e-mail masuk dari Google. Ah, tidak penting. Kukira dari siapa. Ponselku berbunyi lagi. Kali ini bukan dari Google. Aku tersenyum membaca nama pengirimnya. Aku langsung membalasnya. Tak biasanya dia mengirim e-mail padaku. Hanya basa basi sih. Dia bertanya padaku apa aku sudah sampai rumah apa belum. Sesimple itu. Dan itu bisa membuatku tersenyum. Gadisku memang selalu tahu bagaimana cara membuatku tersenyum. Oh, ponselku berbunyi lagi. cepat sekali dia membalasnya. Aku tak heran kenapa wajahnya selalu kelihatan lelah di siang hari. Dia selalu begadang di malam hari.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang