9. Meaning

3.5K 234 1
                                    

Sakura POV

"Hati-hati." Aku tersenyum seraya melambaikan tangan singkat pada Gaara-kun. Mengantarku pulang sudah suatu rutinitas baginya sekarang. Kadang dia menjemputku jika sedang luang dan selalu mengantarkanku saat pulang.

Gaara-kun sudah resmi menjadi kekasihku sejak seminggu yang lalu. Dia baik dan perhatian. Dia menyukaiku, tapi aku masih tak yakin dengan perasaanku padanya. Aku menyukainya. Tapi perasaanku padanya bukan seperti perasaanku pada Sasuke-kun. Ini berbeda.

Aku melempar diriku ke sofa di ruang TV. Ibu ada disana, menonton TV. Aku melepas kacamataku dan melemparnya kesamping.

"Hari yang berat, eh?" tanya Ibu. Aku menoleh melihatnya yang sedang asik menonton TV. Sesekali dia tertawa melihat siaran komedi di TV. Sebelah tangannya meggantung di lengan sofa memegang remote TV.

"Yeah. Minggu yang berat," jawabku tak acuh lalu mengalihkan pandanganku ke TV.

"Ada apa?"

Aku menggeliat, menyamankan posisiku sofa. "Entahlah. Ini membingungkan."

"Kau tau, kau selalu bisa cerita apapun pada ibu, Saku," ujarnya lembut. Ibu tersenyum padaku.

Aku membalas senyumannya masam. "Tak apa bu. Hanya penat karena tugas."

Ibu diam, kembali menatap TV. Dia tahu bukan itu masalahku, tapi Ibu tetap diam. Dia adalah wanita yang paling mengerti diriku. Dia takkan memaksaku untuk cerita jika aku tak mau. Ibu selalu membiarkanku yang menceritakan sendiri masalahku padanya. Dia selalu ada disaat aku butuh. Dan aku selalu menyayanginya.

"Kau sudah dewasa, Saku. Kau bisa menentukan pilihanmu sendiri 'kan? Jangan membohongi perasaanmu. Itu tak baik, Sayang.." Ibu tersenyum lembut menatapku sebelum kembali menonton TV lalu tertawa karenanya. Dia selalu tahu. Aku tahu itu.

Aku tersenyum mendengar ucapannya. "Ya, Ibu."

"Ah, Sakura." Aku baru saja berdiri ketika Ibu memanggilku. Aku menoleh padanya. "Bisa buangkan sampah di belakang? Ibu lupa membuangnya. Tolong ya?"

Aku menggangguk singkat mengiyakan permintaan Ibu lalu berlalu kebelakang mengambil kantung sampah.

Aku menepuk tanganku singkat setelah selesai membuang sampah ke tong sampah. Kepalaku terangkat. Dia disana. Sasuke-kun disana. Kutebak dia baru saja kembali dari kuliahnya. Rasanya canggung kali ini, entah kenapa. Sasuke-kun menoleh menatapku dan tubuhku langsung menegang karenanya.

Tanganku terangkat, melambai kearahnya. Aku tersenyum kaku. "H-hai.." Aku menyapanya dan dia tetap diam melihatku tanpa membalas sapaanku. Aku sudah tak tahu bagaimana ekspresiku saat ini tapi, aku benar-benar tegang.

Dia tetap tak bergeming. Begitupun aku. Aku tak tahan. Lebih baik aku masuk. "Um.. aku masuk dulu Sasuke-kun.." Sasuke-kun masih tak bergeming. Sampai akhirnya aku berbalik dan setelah beberapa langkah, suaranya menghentikanku.

"-sini.."

Aku menatapnya bingung. Sasuke-kun menundukkan kepalanya. Sebelah tangannya berada di keningnya. Menutupi wajahnya.

"Temani aku sebentar?" ucapnya. Dan tubuhku langsung menegang mendengarnya. Sasuke-kun memintaku untuk menemaninya? Aku tidak salah dengar 'kan? Demi Kami-sama, aku senang mendengarnya. Dan sedih disaat yang bersamaan. Karena ternyata perasaanku untuknya masih ada.

Sasuke-kun menyingkirkan tangan dari wajahnya. Kali ini aku bisa melihatnya dan dia menatapku. Sorot matanya sendu, membuatku sedih melihatnya. Ada apa dengannya? Apa karena Shion? Kuharap bukan.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang