12. Broke Up

3.1K 200 2
                                    

Sasuke POV

Aku memasukkan ponsel ke dalam tas setelah menerima panggilan dari Shion.

Shion. Gadis itu. Entah kenapa akhir-akhir ini dia jarang berada didekatku lagi. Maksudku, dia selalu pergi entah kemana, meninggalkanku. Bukannya aku keberatan, aku senang justru. Aku bisa bebas darinya, tapi entah kenapa ini menggangguku. Sudah tiga hari semenjak aku sembuh dari demam dan dia selalu meninggalkanku dengan alasan ada urusan penting, tapi tak memberitahu apa urusan penting itu.

"Yo, Teme!" sapa Naruto. Dia duduk dikursi, didepanku. Kami dikantin sekarang. "Kenapa? Raut wajahmu jelek sekali. Apa karena Sakura lagi?" tanyanya sambil membuka bungkus roti lalu memakannya.

"Shion."

"Kenapa? Kau sudah memutuskannya? Baguslah kalau begitu! Aku senang mendengarnya."

"Belum. Hanya saja, akhir-akhir ini dia selalu pergi entah kemana. Ini menggangguku."

"Huh? Jadi kau belum memutuskannya? Kukira sudah. Bukannya bagus dia tak ada disekelilingmu? Kau bilang kau risih, tapi giliran dia tak ada kau malah mencarinya. Aku tak mengerti denganmu, Teme," ujar Naruto sambil terus memakan rotinya. Kini sudah roti kedua.

"Waktunya tidak tepat, Dobe. Aku akan memutuskannya, tapi nanti."

"Yah, terserah kau lah." Dia mengendikkan bahu singkat lalu pergi memesan ramen.

Ini membosankan. Lebih baik aku pergi. Aku meninggalkan Naruto akhirnya. Dan dia langsung menelfonku. Aku tahu dia pasti kesal, tapi tak kuhiraukan. Dan ini pasti membuatnya semakin kesal. Biarlah, aku tak peduli. Ditraktir ramen juga pasti dia akan membaik nanti.

Aku berhenti ditaman kota. Tidak terlalu banyak orang disini. Tumben sekali. Biasanya, tempat ini selalu ramai dan berisik. Tapi hari ini suasananya cukup cerah. Aku membeli minuman dari mesin penjual otomatis. Dan mataku menangkap sosok yang sangat kukenal. Tentu saja. Aku tak mungkin tak mengenali pacarku sendiri. Itu Shion. Sedang apa dia disini? Ada urusan apa dia disini?

Shion sedang duduk dibangku taman sendiri. Kurasa dia menunggu seseorang. Dan benar saja. Seorang laki-laki asing datang menghampirinya. Wajahnya sumringah setelah itu. Dia memeluknya. Aku yakin mereka bukan sekedar teman. Orang itu memberi sesuatu pada Shion. Setangkai bunga mawar. Oh, romantis sekali. Aku tak menyangka akan melihat pacarku selingkuh. Jadi, ini alasan mengapa dia tak bersamaku akhir-akhir ini? Urusan penting, eh? Lucu sekali.

Aku marah tentu saja. Tapi aku membiarkan mereka. Naruto benar. Aku harus memutuskannya.

.

.:0o0:.

.

Normal POV

"Ada apa Sasuke-kun?" Shion menghampiri Sasuke yang sedang menyeruput jus tomatnya. Ia mengambil tempat di hadapan pemuda itu. Wajahnya yang sumringah entah kenapa membuat pemuda itu kesal melihatnya.

"Kemana saja kau kemarin?" tanya Sasuke dingin. Matanya menatap tajam gadis didepannya.

Ini membuat Shion sedikit gugup, tapi dengan cepat ia mengenyahkan perasaannya itu. "Um.. menjemput Kakekku di bandara. Dia baru saja datang dari Amerika," jawabnya.

Sasuke mengangkat sebelah alisnya. "Oh, benarkah?" Pertanyaannya mendapat anggukan dari Shion. Sudut bibirnya terangkat, tersenyum sinis.

"Lalu siapa yang kulihat kemarin ditaman, huh?"

Ucapan pemuda itu membuat tubuh Shion membeku seketika. Matanya terbelalak tak percaya. Ekspresi terkejutnya tak bisa ia sembunyikan. Matanya menatap takut-takut ke arah pemuda didepannya.

"S-siapa? Aku tidak sedang ditaman kemarin," jawabnya gugup.

Pemuda itu tertawa sinis. Ia menggebrak meja didepannya. Emosinya tidak bisa ditahan lagi. dia benar-benar marah kali ini. "Cukup sudah! Kita putus! Aku muak denganmu! Jangan pernah menghubungiku lagi!" bentaknya penuh amarah.

Shion berusaha mencegah kepergian pemuda itu, tapi tangannya ditepis keras oleh Sasuke. "T-tunggu, Sasuke-kun! Kumohon tunggu!" serunya. Tapi Sasuke tak pernah berbalik. Dia benar-benar marah. Bisa-bisanya Shion bermain dibelakangnya, setelah dia berusaha sabar menghadapi segala macam sikap gadis itu.

"Ah, sial!" umpat Shion kesal.

Sasuke menghampiri Naruto dan yang lainnya sedang main basket dilapangan. Dia duduk disisi lapangan dibangku penonton. Naruto yang melihatnya menghampirinya.

"Yo, Teme!" Pemuda pirang itu mengambil tempat disamping Sasuke. "Kenapa lagi kau?" tanyanya.

"Aku putus," jawab Sasuke.

"Ho! Benarkah? Akhirnya kau putus juga dengan Shion! Aku tak suka melihatmu dengannya. Untunglah, tapi kenapa wajahmu murung begitu?" ucap Naruto keheranan.

"Aku hanya tak menyangka ternyata dia selingkuh dibelakangku."

Naruo berdecak tak percaya. "Sudah kuduga, dia bukan wanita baik-baik."

"Ya, selamat dugaanmu benar, Dobe."

"Lalu apa kau akan mengakui perasaanmu pada Sakura?"

"Entahlah. Dia masih bersama Sabaku. Mereka saling menyukai," jawab Sasuke lirih.

"Oh, ayolah kawan! Setidaknya kau harus berusaha! Ah! Bagaimana kalau kau menyatakan perasaanmu padanya saat di pesta?" usul Naruto.

Sasuke mengerutkan keningnya tak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Pesta! Kau tidak tahu pesta? Sekolah ini 'kan akan mengadakan pesta dansa! Ya, semacam prom night mungkin?" jawab Naruto.

"Kapan?"

"Dua minggu lagi."

Sasuke terdiam. Apa mungkin ini ide yang bagus untuk mengakui perasaannya pada Sakura? Tapi dia sudah punya pacar dan tak mungkin Sasuke akan menjadi penghancur dalam hubungannya, bukan?

"Bagaimana?" tanya Naruto lagi.

Sasuke berdiri dari tempatnya, hening sesaat. "Akan kupertimbangkan," jawabnya. Sebuah senyum tipis tersemat dibibirnya. Naruto tersenyum lebar setelahnya. Ia berseru semangat pada Sasuke, tapi pemuda itu mengabaikannya. Tapi Naruto tau dia mendengarnya. Ia akan turut senang jika Sahabatnya juga senang dan akan membantunya jika mereka membutuhkan bantuan. Semoga saja hubungan mereka berjalan baik, batin Naruto dalam hati sebelum kembali melanjutkan bermain basket bersama teman-temannya lagi.

.

.:0o0:.

.

#Don't forget to vote and comment! It's means a lot to me!#

.

#Thank you!#

.

(((Kali ini singkat dulu ya! Sampai ketemu di chapter selanjutnya! 🌸)))

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang