11. Sick

3K 223 6
                                    

Sasuke POV

"Tidak kuliah?" tanya Ibu begitu aku sampai di dapur.

"Libur," jawabku. Mungkin lebih tepatnya meliburkan diri atau yang biasa kau sebut bolos.

"Tidak biasanya kau bolos," celetuk Itachi, kakakku.

"Aku lelah. Bolos sehari dua hari tidak akan mempengaruhi nilaiku," ucapku tak acuh, lalu mengambil tempat disampingnya di meja makan. Ibu memberikan dua potong roti padaku. Aku mengambilnya lalu mengoleskan selai di atasnya.

Ini hari senin dan aku bolos kuliah. Badanku masih lelah seusai pertandingan basket kemarin lusa dan tanganku masih sakit karena meninju pohon. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan saat itu. Tubuhku bergerak sendiri. Mulutku berucap sendiri. Aku merasa seperti ada orang di balik pohon itu, tapi tidak tahu siapa dan tidak mencari tahu siapa. Aku merasakan Sakura, tapi tak mungkin dia disana. Aku melihatnya dengan Sabaku seusai pertandingan. Mereka pulang bersama. Aku yakin itu.

Aku merindukannya, tapi tak berani menghampirinya. Ada apa denganku? Pikiranku selalu kacau jika menyangkut Sakura.

"Kenapa tanganmu?" tanya Itachi. Matanya menatap tanganku yang tertutup perban.

Ini membuat Ibu yang sedang ada disana mau tak mau ikut menatap tanganku. Air mukanya langsung berubah khawatir. Dia meraih tanganku cepat, membuatku meringis pelan. "Jangan bilang kau berkelahi." Matanya menatap tajam padaku.

Aku menghela nafas. "Tidak ibu. Aku tidak berkelahi."

"Lalu kenapa?"

"Aku meninju pohon."

"Pohon?" Aku mengangguk. "Kenapa kau meninju pohon?"

Bahuku terangkat. "Aku juga tak tahu. Sudahlah bu. Ini tidak parah. Jangan seperti itu. Kau malah membuatnya semakin parah jika menekannya seperti itu."

Ibu melepaskan genggamannya dari tanganku. Aku menghabiskan rotiku yang tersisa. Sekarang kepalaku terasa pusing dan berkunang-kunang. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, tapi mereka tidak hilang. Aku mulai kehilangan kendali jika saja Itachi tidak menahanku.

"Kau baik?" tanyanya.

"Kurasa aku tidak enak badan," jawabku. Ibu langsung menghampiriku dan menempelkan punggung tangannya di keningku.

"Yaampun! Kau demam tinggi, Sasu!" serunya. "Itachi, bantu aku membawanya ke kamar!"

"Tidak usah, bu. Aku bisa sendiri." Tapi ketika aku berdiri, kakiku luar biasa lemas dan aku sempoyongan. Itachi menahanku. Dia melingkarkan tanganku pada bahunya dan membopongku ke kamar. Aku tidak berdaya sekarang.

"Tunggu disini. Ibu akan mengambilkanmu obat," ucap ibu sebelum meninggalkan aku dan Itachi. Dia kembali beberapa menit kemudian dengan obat dan air minum di tangannya, lalu menyuruhku meminumnya.

Itachi melirik jam tangannya. "Ah, aku harus berangkat kerja. Cepat sembuh, adik," ujarnya dengan senyum tipis. Dia mengetuk jidatku lalu pergi. Aku mengucapkan hati-hati yang dibalas lambaian singkat olehnya.

Ibu merawatku. Benar-benar merawatku. Dia memberiku sup terenak buatannya. Dia selalu memasakkan itu untukku. Salah satu makanan favoritku ketika aku sakit.

Aku diam di kamar seharian. Dan ini benar-benar membosankan. Untung saja aku punya TV dan DVD di kamarku, jadi ini membuatku sedikit terhibur. Aku bilang pada Shion kalau hari ini aku tak bisa menjemputnya karena sakit. Dia mengatakan cepat sembuh padaku dan akan menjengukku nanti. Aku hanya mengiyakannya. Aku harap Sakura kemari. Menjengukku. Tapi, aku ragu dia akan kemari. Mungkin karena sikapku yang terang-terangan menghindarinya semenjak dia bilang bahwa dia menyukai Sabaku.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang