15. The Truth

2.8K 188 2
                                    

Normal POV

"Gaara mengalami kecelakaan setaun lalu. Keadaannya sangat parah saat itu. Banyak tulangnya yang retak dan hampir patah dan kepalanya mengalami benturan keras yang menyebabkannya kehilangan memorinya. Tapi untungnya, dia masih ingat siapa dirinya, siapa namanya. Tapi hanya itu. Setaun belakangan ini keadaannya semakin membaik dan sebagian besar memorinya sudah kembali. Tapi mungkin ada beberapa potongan memorinya yang tidak kembali. Saya juga tidak tau kenapa. Antara dia memang tidak mau mengingatnya, itu kenangan yang buruk, atau memang sulit untuk mengingatnya kembali."

.

Perkataan dokter yang kemarin memriksa Gaara masih terus terngiang di kepalanya. Apa Gaara-kun tak mau mengingatku? Pemikiran itu membuatnya murung.

Rasanya sedih saat mengetahui orang yang begitu dekat dengannya selama ini melupakannya dan menjadi orang yang asing baginya sekarang. Air matanya menggenang tanpa sadar. Ia menangis. Bagaimana cara pemuda itu supaya mengingatnya? Bagaimana cara pemuda itu supaya kembali mengenalinya? Dan tidak menganggapnya orang asing?

Begitu banyak pertanyaan yang belum bisa ia temukan jawabannya. Matsuri mengusap air matanya. Sudah malam, lebih baik ia tidur. dalam hati ia berdo'a, semoga Gaara bisa mengingatnya kembali setelah pertemuan mereka kemarin.

.

Runa memandang punggung gadis yang selama ini menjadi sahabatnya sejak kecil. Matanya menatap sendu gadis itu. Ia tau. Matsuri tadi menangis karena memikirkan pemuda yang kemarin mereka temui. Ia tau. Gadis itu sedih karena Gaara tak mengingatnya. Mereka bahkan sudah seperti orang asing sekarang.

.

.:0o0:.

.

"Gaara-kun?"

"Ah, ya?"

"Ada apa? Sepertinya kau banyak pikiran." Sakura mengaduk milkshake strawberrynya pelan. Matanya masih memandang pemuda Sabaku itu.

Gaara mengusap wajahnya, gelisah. Daritadi ia sama sekali tak bisa berhenti memikirkan Matsuri semenjak mimpinya tadi malam. Ia benar-benar merasa bersalah karena tak bisa mengenalinya kemarin saat mereka bertemu. Dan sekarang, ia ingin menemuinya, tapi bagaimana caranya? Ia bahkan tak tahu dimana Matsuri tinggal saat ini. "Yah, begitulah. Ada beberapa hal yang menganggu pikiranku. Maaf."

Sakura menghela nafas, bingung harus membalas apa. Ia melirik jam tangannya. Kelasnya sudah hampir dimulai. Ia harus pergi. "Kalau begitu, aku duluan ya Gaara-kun. Kelasku sudah hampir mulai." Sakura berdiri dari kursinya.

"Sakura, mau ke café biasa nanti sore?" ajak Gaara. Tak perlu waktu lama bagi Sakura untuk mengangguk mengiyakan ajakan pemuda itu lalu bergegas meninggalkannya di kantin sendirian.

.

.:0o0:.

.

Sakura menghampiri Gaara yang menunggunya di depan kelas. "Pergi sekarang?" tanyanya, yang dijawab anggukan oleh pemuda itu.

Gaara memarkirkan motornya di luar café. Mereka menempati tempat duduk di sisi jendela, tempat kesukaan Sakura. Gaara memanggil pelayan dan memesan minuman untuk mereka berdua.

"Jadi.. ada apa?" Sakura bersuara setelah pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi.

"Hm? Kenapa?" Bukannya menjawab, Gaara malah balik bertanya. Berpura-pura tak mengerti.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang