Sasuke POV
Pemandangan yang kudapatkan keesokan harinya pun sama saja. Rencananya aku ingin mengajak Sakura pergi bersama ke kampus, tapi Sabaku sudah menjemputnya duluan. Sabaku menunggunya diluar gerbang lalu mereka pergi setelah berbincang sebentar disana. Dia benar-benar sudah mendapatkannya. Aku harusnya ikut bahagia, melihat Sakura bahagia, tapi kenapa rasanya begitu menyebalkan dan tidak rela?
"Sasuke-kun? Sasuke-kun!"
Hebat. Aku melamun. Ini sudah jam makan siang dan aku terjebak dengan Shion seperti biasanya. Aku harus mendengarnya mengoceh panjang lebar -entah tentang apa, karna aku tidak begitu peduli- sepanjang makan siang di kantin. Dan kadang selalu berakhir dengan aku yang melamun dan tak mendengarkan ocehannya. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah dia yang makin mengoceh panjang lebar karena aku yang tidak mendengarkan kata-katanya.
"Kau kenapa sih? Akhir-akhir ini melamun terus! Tak mendengarkanku bicara!" omelnya. Dan aku hanya meminta maf seperti biasa padanya. Dan dia tak pernah mengindahkannya sepeti biasanya -juga. Shion menandaskan jus mangganya lalu beralih menatapku. Dia kesal tentu saja. "Sudahlah. Aku ada kelas. Jemput aku nanti jam 4," ucapnya lalu pergi meninggalkanku.
Kelasku sudah berakhir. Sebenarnya masih ada satu lagi, tapi aku sedang malas sekarang. Percuma saja belajar jika pikiranku sedang tidak mengarah kesana. Akhirnya aku melampiaskannya ke basket. Lebih baik aku main basket. Disana ada beberapa orang yang sedang main basket. Mungkin itu bisa sedikit menghiburku.
"Yo Teme! Bolos lagi?" sapa Naruto begitu aku sampai lapangan. Dia salah satu teman dekatku -mungkin sahabat- seperti Sakura. Meskipun yang ini kadang bisa sangat berisik dan menyebalkan, tapi Naruto selalu tahu bagaimana cara menghiburku dengan segala tingkah laku anehnya itu. Dan anehnya aku, aku tak pernah bosan dengan segala kelakuan anehnya didekatku.
"Begitulah." Aku meninju kepalan tangannya yang tertuju padaku lalu mengambil alih bola basket ditangannya.
"Masih tidak mau cerita ada apa denganmu, eh Teme?" serunya ketika aku sedang mendribble bola.
"Harus berapa kali aku bilang padamu, aku tak apa, Dobe," jawabku lalu menggiring bola ke ring dan memasukkannya kesana.
"Kau bicara seolah aku tak mengenalmu saja, eh." Bola menggelinding entah kemana. Aku menengok padanya. Dia mengangkat sebelah alisnya menatapku lalu berbalik ke sisi lapangan untuk mengambil minum. Aku mengikutinya dari belakang. Duduk disampingnya di sisi lapangan. Dia menyerahkan botol air mineralnya padaku dan aku langsung meneguk hingga tinggal sisa seperempat.
Dia menoleh menatapku, "Jadi.. ada apa?"
Aku memutar mata bosan. "Demi Tuhan, aku tak apa, Dobe!" jawabku lelah. Dia sudah berulang kali bertanya ada apa padaku. Aku bosan mendengarnya. Dan sepertinya dia juga bosan mendengarnya. Karena tatapannya langsung berubah kesal ketika mendengar jawabanku.
"Dan Demi Tuhan! Aku yakin kau kenapa-napa Teme!" ujarnya bersikukuh.
Aku menghela nafas. "Moodku hanya sedang tidak bagus saja hari ini. Semenjak tadi malam." Naruto buru-buru merapatkan badannya padaku dan aku malah semakin menjauhinya. Matanya berbinar, minta penjelasan. Apa aku harus cerita tentang Sakura? Tidak tidak. Dia pasti akan mengataiku aneh-aneh.
Naruto tetap menunggu dan aku tetap diam. Sampai akhirnya dia menjambak rambutnya frustasi lalu kembali menatapku kesal. "Oh, ayolah Teme! Apa aku harus meminjam alat pembaca otak Orochi-Sensei supaya bisa membaca apa yang sedang ada dalam pikiranmu, huh?!" serunya frustasi. Baiklah. Hanya untuk kali ini. Lagipula aku juga bingung dengan perasaanku sendiri kenapa aku bisa seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me
Fiksi Penggemar-ONE- Sakura si gadis berkacamata menyukai Sasuke semenjak pemuda itu menjadi tetangganya, tapi ternyata Sasuke hanya menganggapnya sahabat dan pemuda itu menyukai Shion? ✴️ Naruto © Masashi Kishimoto You Belong With Me © Nona Xerry 2018