(09)

831 36 7
                                    


Mieltha

Bel tanda istirahat baru saja berbunyi. Jam yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap siswa selain jam pulang dan jam kosong atau free class. Sudah hal yang lumrah kalau disaat seperti ini kantin akan penuh sesak oleh siswa-siswi dari setiap kelas.

Tanpa sadar aku berjalan melewati setiap kelas menuju taman di belakang perpustakaan. Kedua sahabat ku sudah pergi untuk mengisi perut mereka ke kantin. Awalnya kita ingin pergi bertiga. Tapi, tiba-tiba saja aku kehilangan nafsu makan.

Entahlah, yang dipikiranku saat ini hanyalah Bryan. Apa yang harus aku perbuat ke depannya? Apakah aku harus tetap bertahan seperti ini? Mencintai seseorang yang bahkan tidak pernah menganggap ku ada, walau status kita yang telah berubah menjadi sepasang kekasih.

"Angela Mieltha !!"

Lamunanku pun buyar seiring langkahku yang terhenti karena panggilan itu. Aku menoleh dan mendapati Bu Ilma, guru biologi ku, tengah menatap ke arahku sambil melambaikan tangan. Mau tak mau aku pun menghampirinya.

"Ibu manggil saya?" tunjukku pada diriku sendiri.

"Iya Mieltha, kamu sibuk tidak? Ibu ingin minta tolong sama kamu."

"Engga kok bu, minta tolong apa ya?"

"Ikut ibu yuk!"

Aku pun mengekori Bu Ilma masuk ke ruang guru dan berhenti di sebuah meja yang ku tau adalah mejanya Bu Ilma. Kulihat Bu Ilma mengambil beberapa buku paket biologi yang tebal satu bukunya mengalahkan tebal kumpulan novel di rumahku.

"Ibu minta tolong sama kamu, tolong bawakan ini ke perpustakaan ya. Ini buku yang dipinjam kakak kelas kamu dan baru dikembalikan. Ibu sebentar ada sedikit urusan jadi takut gak sempat bawa ke perpustakaan. Kamu bisa bawakan ini kan?" selain guru pengajar, Bu Ilma juga kepala perpustakaan, dibantu guru pendamping juga kalau misalnya dia sedang ada jam ngajar.

"Bisa kok bu. Biar saya bawakan." aku pun menerima buku-buku itu dari tangan Bu Ilma yang langsung menutupi hampir setengah wajahku. Mana berat lagi, tapi gak enak ngomongnya.

"Yaudah bu, saya pamit mau nganter buku ini dulu ya."

"Iya, hati-hati. Makasih ya Mieltha."aku pun mengangguk lalu berjalan menuju perpustakaan.

                          🌸🌸🌸

"Buset nih buku berat banget dah. Mana tebal banget lagi. Lagian kakak kelas kerajinan banget minjem nih buku tebel, biasanya nih ya kalau udah gak dapet mentoknya nanya mbah google. Udah gitu baru di kembaliin lagi." aku membenarkan letak buku yang sedikit miring di tanganku.

"Duh mana jalannya gak keliatan lagi gara-gara nih buku. Semoga aja bisa sampe perpus tanpa harus nabrak o- "

Brukk

Brakk

"Tuhkan!!, belom juga selesai ngomong udah kejadian." aku pun jongkok lalu memunguti buku-buku yang berserakan dan meletakkannya di pangkuanku.

Uluran tangan seseorang yang memberikan buku kepadaku mau tak mau membuatku mendongak. Betapa terkejutnya aku melihat siapa yang kini tengah berdiri menjulang di hadapanku. Mataku membulat dan mulutku terbuka *ok ini berlebihan. Bahkan buku yang sempat aku ambil pun kembali terjatuh.

"Ck, kelamaan." orang tersebut kemudian jongkok di hadapanku dan ikut memunguti buku yang berserakan lalu meletakkannya di pangkuanku.

Aku pun tersadar dari lamunan ku dan mengikuti gerakannya merapikan buku yang berserakan, sekaligus menyembunyikan kegugupan ku dari orang yang ada di hadapanku. Bagaimana bisa jantungku seperti sedang marathon di dalam sana hanya karena melihat orang yang kini tengah membantu ku merapikan buku?

KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang