Aku hanya orang biasa yang ingin kau tahu rasa cintanya
.
.
.Bel istirahat sudah berbunyi dari lima menit lalu. Setelah merapikan buku yang berserakan dari atas meja, Miel bersama kedua sahabatnya berjalan keluar kelas.
"Hari ini pada mau makan apa?" tanya Cintya yang berjalan di depan Miel dan Dinda.
"Kenapa? Lo mau bayarin?" balas Dinda.
"Susah ya mau basa-basi sama lo! Kesel gue lama-lama," rajuk Cintya yang dibalas gelengan kecil oleh Miel dan Dinda.
Namun kemudian langkah ketiganya terhenti saat menyadari seorang lelaki berdiri di ujung tangga. Senyum jahil terbit di bibir Dinda dan Cintya saat melihat Miel berjalan mendahului mereka untuk menghampiri lelaki tersebut.
"Bryan!" lelaki itu kemudian menoleh. Seulas senyum terbit di bibir Miel.
"Kamu ngapain di sini?"
"Nungguin kamu," balas Bryan.
"Aku serius, Bryan," ujar Miel sambil memukul pundak Bryan kesal, sekaligus menutupi pipinya yang terasa panas.
"Aku juga serius. Bagaimana tes tadi, bisa? Yang aku ajarin keluar gak?" tanya Bryan. Tanpa menjawab, Miel mengeluarkan secarik kertas dari kantong seragamnya.
"Nih, lihat sendiri!" Bryan menerima kertas tersebut lalu membukanya. Wajah Bryan tampak serius melihat kertas tersebut kemudian menggeleng kecil.
"Masih tes pertama, bisa diperbaiki lagi nanti. Lagian ini juga udah bagus," ujar Bryan sembari mengembalikan kertas tersebut ke tangan Miel. Dengan bibir mengerucut Miel menerima kertas tersebut lalu memasukkannya ke kantong seragam.
Di belakang mereka, Cintya dan Dinda diam-diam menahan tawa melihat interaksi Miel dan Bryan. Sekaligus bersyukur karena tampaknya hubungan mereka yang bisa dikatakan mulai membaik dan Bryan yang mulai responsif terhadap Miel. Apalagi sekarang sudah mulai aku-kamu, walau sebenarnya terdengar menggelitik di telinga mereka berdua. Mulai tak tahan melihat dua anak manusia di depan mereka yang seolah mengabaikan keberadaan mereka, dengan sengaja Cintya dan Dinda berjalan melewati Miel dan Bryan.
"Ekhem, permisi, permisi! Jangan halangi kaum jomblo mau lewat." dengan sedikit berdeham Cintya berkata sambil menarik tangan Dinda.
"Eh mau kemana?" tanya Miel saat melihat Cintya dan Dinda yang sengaja berjalan diantara dirinya dan Bryan.
"Kantin. Tenggorokan aku gatal dari tadi, pengennya berdeham mulu. Ekhem.. Ekhem.." ujar Cintya diikuti deheman kecil yang mengundang kekehan kecil Dinda.
"Kalau kamu mau kemana, Din?" tanya Cintya dengan nada genit, bermaksud menggoda Miel yang justru hanya mengerutkan keningnya bingung. Mengerti maksud sahabatnya, Dinda mengikuti alur yang dimainkan Cintya.
"Aku juga deh. Mending di kantin banyak jajanan dari pada di sini yang ada aku nyemilin nyamuk," ujar Dinda yang mendapat sambutan tawa dari Cintya.
"Kalian kenapa jadi aneh gini sih? Manggilnya aku-kamu gitu lagi, geli tau gak dengernya," ujar Miel sambil bergidik ngeri, apalagi melihat tangan Cintya yang sengaja bergelayut di lengan Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA
Teen FictionKarena apa yang kamu terima hari ini adalah hasil dari perbuatan yang telah kamu lakukan dimasa lalu. Bila cinta murni yang kau taburkan dulu, maka kebahagiaan lah yang akan kau tuai saat ini. Namun bila hanya luka yang kau torehkan, jangan salahkan...