Kemarin kamu acuh, besok kamu peduli. Kemarin kamu lukai aku, besok kamu lindungi aku. Kemarin kamu benci, bolehkah aku berharap kalau besok kamu kan cintai aku?-Mieltha
.
.
."Jadi setelah kalian menyelesaikan persamaan dasar akuntansinya, baru kalian bisa-"
Tok tok tok!
Penjelasan Pak Seti mengenai persamaan dasar akuntansi harus terhenti saat seseorang mengetuk pintu kelas 12 MIPA 1.
"Ya silahkan.." seorang guru wanita berperawakan sedikit besar masuk ke kelas 12 MIPA 1.
"Sebelumnya maaf telah menganggu kegiatan pembelajaran kalian, apa kelas ini sedang mempelajari lintas minat ekonomi ?"
"Iya, ada apa ya Bu Tuti?" Pak Seti menghampiri guru tersebut ke ambang pintu.
"Ah kebetulan sekali kalau begitu, mata pelajaran yang sama. Saya membawa salah satu anak buah saya untuk dititipkan di sini pak. Hanya sampai waktu istirahat nanti saja. Saya capek memberi peringatan padanya. Semoga disini dia bisa fokus dan gak tidur lagi. Pak Seti bisa beri hukuman apa saja kalau dia bikin ulah."
Pak Seti mengangguk mengerti, "Baiklah, mana orangnya bu?"
"Bryan, sini kamu!!"
Mieltha yang tadinya sedang fokus mencatat materi di papan tulis, kini mengalihkan pandangannya ke ambang pintu. Mata Miel membulat saat menyadari siapa yang masuk ke kelasnya.
" Ini hukuman buat kamu, karena ibu sudah kehabisan ide buat hukum kamu. Awas kalau kamu sampai tidur juga di kelas ini!" Bryan memilih diam sambil mengangguk sekilas.
"Ya sudah kalau begitu pak, saya permisi dulu. Mari."
"Ah ya mari." Pak Seti menutup pintu kelas 12 Mipa 1, kemudian memandangi seorang siswa yang akan menjadi muridnya untuk 2 jam ke depan sambil menggelengkan kepala.
"Kamu itu selalu saja mencari masalah, kapan kamu jeranya hah?! Bisa-bisa penyakit darah tinggi Bu Tuti kambuh hanya gara-gara ngurusin kamu." Bryan hanya diam, tapi matanya sesekali mencuri pandang ke arah Miel yang kini tengah menundukkan kepala.
"Awas kamu bikin ulah disini. Ya sudah sekarang kamu duduk di-
"-Mieltha!"
Pulpen di tangan Miel seketika terhempas karena panggilan yang mengejutkannya itu.
"Y-ya pak?"
"Tari tidak masukkan?" Miel melirik bangku Tari, teman sebangkunya, yang kini kosong.
"Ti-tidak pak."
"Ya sudah Bryan, kamu duduk di samping gadis itu. Awas kamu tidur lagi."
Mampus!!
Miel dapat mendengar kalau kedua sahabatnya tengah menahan tawa di belakangnya.
Bryan berjalan menghampiri bangku Miel lalu menghempaskan bokongnya di bangku tersebut.
"Baiklah anak-anak, kita lanjutkan lagi materi tadi."
Materi kembali dijelaskan, itu artinya konsentrasi yang tadi sempat terhenti karena 'gangguan' tersebut kini harus kembali berjalan agar bisa menyerap materi dengan baik. Namun sayangnya itu tidak berlaku pada Miel saat ini.
Sejak Bryan mengambil posisi duduk di sampingnya, sejak saat itulah konsentrasi Miel mulai buyar. Meski kemarin sempat terluka karena perilaku Bryan, tapi Miel tak bisa memungkiri kalau kehadiran Bryan begitu memberi pengaruh pada dirinya, walaupun dalam radius beberapa ratus meter. Apalagi dalam jarak sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA
Teen FictionKarena apa yang kamu terima hari ini adalah hasil dari perbuatan yang telah kamu lakukan dimasa lalu. Bila cinta murni yang kau taburkan dulu, maka kebahagiaan lah yang akan kau tuai saat ini. Namun bila hanya luka yang kau torehkan, jangan salahkan...