BRUK"Arghh..." Tubuh Miel terbanting menabrak kerasnya dinding kamar mandi tua tempatnya disekap.
"Kenapa? Sakit, hm?" Miel reflek bergerak mundur saat sosok wanita di depannya semakin melangkah maju. Gerakan Miel terhenti saat wanita itu berhasil meraih rambutnya dan menjambaknya keras hingga wajahnya menengadah.
"Arghh le-lepasin.." Air mata sudah tak bisa lagi Miel bendung sejak dari pertama sosok dihadapannya ini menarik tubuhnya dengan paksa dan menyeretnya memasuki kamar mandi tua ini, kamar mandi yang letaknya jauh di belakang sekolah dan kini telah beralih fungsi menjadi gudang penyimpanan alat-alat kebun.
"Sakit, manis? Lo tau, ini engga seberapa dibandingkan apa yang telah lo lakuin sama gue!" Miel reflek memegang tangan perempuan yang kini menarik rambutnya semakin menjadi.
"Sin, gu-gue mohon le-lepas argh..."
Sintia tersenyum miring. "Lo bilang apa? Lepas? Kita bahkan belum memulai apapun, manis." Sintia melepas jambakannya di rambut Miel dengan kasar. "Lihatlah Bryan, wanita seperti apa yang lo pacari ini? Lemah, cupu, dan cengeng. Lo punya kaca gak sih di rumah?" Miel tak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Hanya tangis yang bisa mewakili bagaimana takut dan kalutnya dia saat ini. Disekap bersama tiga wanita yang siap menghancurkannya kapan saja.
"Heh!! Kalau orang ngomong tuh dijawab, bukannya mingkem!!" Sintia menarik leher Miel mendekat. Membuat wajah Miel kembali berhadapan dengan wajah Sintia. "Lo harusnya sadar kalau lo itu gak pantas sama Bryan. Bryan cuma manfaatin lo doang, entah manfaatin dalam hal apa gue gak peduli. Tapi ingat, setelah Bryan berhasil mendapatkan apa yang dia mau, maka lo akan ditendang jauh sama dia. Ingat kata-kata gue!"
Miel termangu mendengar kata-kata Sintia yang menembak tepat relung hatinya. Nyatanya sejauh ini hanya Miel yang berjuang untuk hubungan mereka. Hanya Miel yang berkorban. Dan hanya Miel yang jatuh cinta. Posisi Miel dan Bryan adalah sama dalam hubungan mereka, sama-sama pemeran utama. Tetapi kenapa hanya Miel yang mengambil bagian sedangkan Bryan tetap di posisinya tanpa mengambil peran apapun?
Dan kalaupun yang diucapkan Sintia adalah kebenaran, lantas keuntungan seperti apa yang Bryan inginkan dari hubungan mereka? Memikirkan segala kemungkinannya membuat hati Miel berdenyut sakit ditambah cengkeraman Sintia di lehernya yang semakin menambah sesak dadanya.
"Dari awal gue sudah kasi lo peringatan buat jauhin Bryan, tapi apa? Sepertinya lo ingin bermain-main dengan ancaman gue ya? Lo sadar dong, lo itu gak pantas buat menjadi pacarnya Bryan. LO GAK PANTAS MIEL!! Sekarang akan gue buktiin seberapa gak pantasnya lo bersama Bryan. Guys, siram dia!"
Bersamaan dengan itu Sintia melepas cengkeramannya di leher Miel, membuat gadis itu langsung menghirup nafas sebanyak yang ia bisa. Namun tak sampai disitu penyiksaan yang harus ia terima. Dua orang wanita yang ia ketahui sahabat karib Sintia berjalan mendekat dengan sebuah ember masing-masing di tangan mereka. Miel tak bisa menghindar saat keduanya menyiram tubuh Miel secara bersamaan. Tubuh Miel menggigil saat air yang begitu dingin itu mengenai kulitnya.
"Sstt di-dingin..." Miel memeluk tubuhnya sendiri, berusaha mengurangi dingin yang membuat tubuh kecilnya bergetar .
"Bagaimana? Dingin, hmm? Lo sekarang nyesel kan karena gak mengindahkan ancaman gue. Kalau saja dari awal lo jauhin Bryan, gue pasti gak bakalan mengotori tangan gue sendiri buat kasi lo pelajaran Miel!! LO GAK PANTAS BERSAMA BRYAN!! BRYAN HANYA MILIK GUE!!"
PLAKK
Wajah Miel tertoleh ke samping saat sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipinya. Ia yakin setelah ini ada jejak tangan yang membiru di pipinya.
Tuhan lindungi aku.. batin Miel menjerit.
"AARGH SAKIT SIN!!" Miel berteriak saat Sintia menginjak tepat pergelangan kakinya. Bahkan sempat terdengar bunyi krek yang begitu memekakkan telinga. Cukup sudah. Miel tak sanggup lagi menerima penyiksaan lebih lanjut dari wanita berhati iblis seperti Sintia. Wanita itu benar-benar telah buta karena Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA
Novela JuvenilKarena apa yang kamu terima hari ini adalah hasil dari perbuatan yang telah kamu lakukan dimasa lalu. Bila cinta murni yang kau taburkan dulu, maka kebahagiaan lah yang akan kau tuai saat ini. Namun bila hanya luka yang kau torehkan, jangan salahkan...