Nenek Sihir

3.9K 185 5
                                    

"kinalllllllll"

Suara teriakan yang melengking, beserta gedoran pintu, selalu mengawali pagi ku.

Akupun segera beranjak dari singgasanaku dengan muka cemberut, bete, dan kesal.

Kemudian, aku mengambil dua kapas untuk menutup dua lubang telingaku, dan komat-kamit menghitung sampai 10, lalu aku membuka kunci pintu dengan perlahan.

Dan..

Sudah kuduga si nenek sihir telah berada didepan kamarku, sembari bersendekap dada, dengan mata melotot seperti bola ping-pong, bibirnya mulai terbuka tanpa melihat pun aku sudah hafal apa yang akan dia katakan.

"Kinal! kamu tuh kebiasaan ya kalau dibangunin nunggu kakak teriak nama kamu sampai 10 kali baru kamu buka pintu, kakak kan udah bilang kalau tidur kamarnya jangan dikunci, biar kakak gampang bangunin kamunya, gausah pake gedor-gedor pintu segala, kamu tuh udah gede kelas 2 SMP, masih aja susah bangun pagi, heh! kamu dengar kakak gak sih? Kinal!"

Itu aku yang ngomong loh bukan si nenek sihir.

Hebatkan! Tapi dalam hati.

Gak usah heran, karena aku sudah hafal dialog si nenek sihir di luar kepala. Hanya setelah pembagian rapot akan diganti pada bagian kelasnya.

Dan ini udah terjadi sejak aku kelas 3 SD.

Perlahan aku menengadahkan kepalaku kedepan mukanya, dengan senyum yang kubuat semanis mungkin seperti si Jerry tikusku.

Tapi dia malah menatapku dengan pandangan jijiknya, seakan-akan aku adalah makhluk yang harus disingkirkan dari muka bumi.

Dasar nenek sihir!

Selalu saja membuatku naik darah setiap pagi, lama-lama aku bisa terkena stroke ini.

"Kamu ya selalu aja senyum-senyum kaya orang sinting"

Dengan lancar, mulut indahnya mengatakan kata-kata yang membuat telingaku
mengeluarkan asap.

"Apa hah? mau protes? aku ngomong sesuai fakta loh"
ucapnya dengan senyum meremehkan.

Aduh mama..

Lama-lama princess Elsa yang cantik jelita bisa benar-benar sinting.

Tak mau menambahi perdebatan yang tak berguna, sebagai generasi muda yang menjunjung perdamaian, akupun mengalah.

"terserah kakak deh Elsa pusing".

setelah berkata seperti itu, sebelum mulut indahnya mengeluarkan kata-kata mutiara, aku segera membanting pintu kamarku dan menguncinya.

Dibalik pintu aku tertawa penuh kemenangan, mendengarnya menggedor-gedor pintu disertai sumpah serapahnya yang tak berhenti-berhenti.

Aku cekikan, karena pasti sekarang wajahnya merah matang seperti tomat busuk.

Dengan wajah bahagia aku segera mandi selama lima menit.

Eh, jangan protes dulu, aku mandi lima menit juga ada alasannya.

Bagiku waktu sangat berharga, dan jangan hanya dihabiskan untuk dikamar mandi, sangat rugi.

Masih banyak tempat yang harus dijelajahi selain kamar mandi.

Betulkan?.

Setelah selesai dengan ritual pagiku, dan memakai Seragam.

Aku segera turun ke meja makan.

Tapi rasanya ada yang aneh ketika mama mendekatiku dengan senyum manisnya, dan tangannya mulai terangkat.

Akupun senyum-senyum sendiri, karena pasti mama akan mengelus-elus kepalaku.

Ternyata harapan hanya tinggal harapan, ketika aku merasakan sakit di telingaku.

Huh!

Lagi-lagi mama menjewerku. Lama-lama telingaku bisa copot, kalau setiap pagi seperti ini. Pasti si nenek sihir mengadu lagi.

Moodku yang bagus langsung anjlok.

"Kinal! kenapa kamu tiap hari selalu bikin melody marah?".
Mamaku memarahiku dengan tangan yang masih menjewerku.

"Ma... lepas dulu lah tangan mama. kak vano, papi, bantuin Kinal ih" rengekku dengan bibir mengerucut.

Papi dan kak vano pura-pura tuli. Ah kenapa sih keluargaku sangat suka melihatku menderita? apa salahku?.

"Kamu ya, gak usah nyari pembelaan, lagian papi dan kak vano gak bakal bela kamu".

Akhirnya mama melepas jewerannya.

Kasian kupingku yang malang.

"Satu lagi, sekarang kamu minta maaf sama melody, karena cuma dia yang tahan banting sama kelakuan kamu tiap pagi".

Baru saja aku hendak bernafas.

"mah, tapikan kak melody yang salah, lagian dia bangunin Kinal kaya bangunin Tarzan di hutan".

"Kalau gak gitu kamu gak bakal bangun Kinal! kamu kalau tidur aja kaya orang mati. Kalau melodi gak teriak-teriak yang ada kamu bakal mati beneran"

cerocos mama tanpa dosa.

Aku melotot kaget.

Ya tuhan..

Aku menjadi ragu, apa aku memang anak kandung mama atau bukan?.

Jangan-jangan aku putri yang tertukar.

"Mah mulut ya ampun, kalau Kinal mati beneran gimana?"
tanyaku mendramatis.

"Yah mama tinggal mungut anak lah, lagian yang kaya kamu banyak kok di hutan"jawab mama sambil cengengesan.

Mulutku menganga, dan ketika aku menoleh ke meja makan, dua jenis makhluk dengan kelamin laki-laki sedang tertawa dengan muka yang sangat bahagia.

Dosa apa aku?

Kenapa pagiku yang cerah menjadi kelam ya tuhan.

Apa salahku?

Apa aku terlalu sempurna?

Sehingga engkau mengujiku dengan memberi keluarga yang sangat menyebalkan.


TBC.



COWARD (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang