Kekuatan pikiran

1.4K 122 1
                                    

Sudah 3 hari badanku terasa sakit, mungkin tipes ku kambuh lagi. Mama dan papa sangat bawel menceramahi ku untuk ke rumah sakit, tapi aku tidak mau. Bukan karena aku takut disuntik ya, ingat aku bukan anak kecil!.

Aku tidak mau ke rumah sakit karena aku tau kalau aku ke rumah sakit pasti di opname. 6 bulan yang lalu juga seperti ini, Mungkin dokternya ingin selalu melihat wajah cantikku, entahlah sampai sekarang itu masih menjadi misteri.

"Sakit lagi lu nal" suara cempreng Jeje mengganggu konsentrasi ku, si Jeje memang seperti itu tiba-tiba nongol dikamar ku, bagiku itu sudah hal biasa.

"Apa deh je, gua lagi mikir nie" kataku malas

"Sejak kapan lu mikir nal?" Ejek jeje

Aku melotot tak terima, Jeje balik melotot menantangku, coba kalau aku tidak sakit sudah kupastikan Jeje tinggal nama.

Ketika kami saling berpelototan dengan segenap jiwa dan raga, papa masuk ke dalam kamarku beserta seorang dokter yang kutaksir umurnya sekitar 50 tahunan tapi masih terlihat sisa ketampanan di wajahnya.

Hilang sudah harapanku untuk tenang, pasti setelah ini om dokter akan menyuruh ku untuk opname.

Aku memasang wajah memelas kepada papa dan Jeje untuk tidak meninggalkanku bersama om dokter, aku takut om dokter hilaf padaku.

Seperti nya nasib baik kali ini masih enggan berpihak padaku, entah apa salahku. Papa dan Jejepun keluar dari kamarku, sebelum Jeje keluar dia sempat berkedip-kedip genit padaku, apa maksudnya? Akukan anak polos.

"Kamu kenapa kok cemberut?" Tanya om dokter setelah memeriksa ku

"Ya pasti abis ini aku disuruh opname kan om dokter?" Tanyaku putus asa

Om dokter tersenyum lembut "padahal saya belum bilang apa-apa loh, atau kamu memang pengen diopname?" Tanyanya balik

"Siapa sih yang mau diopname, aku juga kalau bisa milih gak mau sakit om dokter" jawabku tambah manyun dan sok akrab.

“makanya kamu harus berpikir yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubuh kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau kamu cemas, takut, kuatir, justru imunitas kamu turun dan rentan sakit juga.” jelasnya panjang

“kamu juga berkali-kali divonis tipes ya?”

“Iya, om”

“Itu salah kaprah.”

“Maksudnya?”

“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opname. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”

“Haah?” kagetku reflek

“Iya. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di rumah sakit tempat saya mengabdi, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”

COWARD (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang