Touch Me!

2K 156 47
                                    

Arjuna mengarahkan mobilnya, menuju rumah kontrakannya.

Di jogja, arjuna tinggal sendiri.

Dia menyewa rumah kontrakan yang lumayan besar.

Aku pernah beberapa kali kesini, karena biasanya arjuna yang selalu mendatangi kosku.

Kami segera turun dari mobil, juna pun membuka kunci pintu dengan perlahan.

Kami mulai masuk, juna langsung pergi ke kamarnya untuk mengambil laptopnya yang ketinggalan.

Tiba-tiba sebuah ide melayang di kepalaku.

Apa aku harus melakukannya?

Tapi, kalau tidak, kapan aku bisa mencintai juna.

Dia sudah terlalu banyak berkorban untukku.

Semoga apa yang diucapkan jeje benar, dengan aku melakukan hal ini. Ku harap aku dapat segera mencintai juna.

Ku lihat juna berjalan menghampiriku, saat dia sampai di depanku, segera kupeluk dia erat.

"Kamu kenapa?" tanyanya kebingungan.

Aku tak menjawabnya, segera ku tatap dirinya lekat, aku mulai berjinjit dan mencium bibirnya.

Juna tersentak kaget, tapi aku yakin ia menikmatinya.

Kumainkan kancing kemejanya, dan kubuka dengan perlahan tanpa juna tau.

Kami pun kehabisan nafas, dan mengambil jeda sejenak.

Mata juna terbelalak kaget, karena sekarang ia telah bertelanjang dada.

"Nal" panggil nya dengan ekspresi penuh tanda tanya.

Aku tersenyum genit, segera kubuka kemeja kotak-kotakku, hingga hanya menyisakan tangtop hitam.

Juna menggeleng tegang.

Aku melepas celana jins ku, dan hanya menyisakan hot pants.

Wajah juna sudah memerah.

Aku mendekatkan lagi wajahku pada wajahnya.

Ku bisikkan sesuatu tepat di telinganya.

"Touch me juna, i'm yours"

Ku lihat mata juna terpejam erat, ia pun menggeleng kasar.

"Kamu tak mencintaiku?" tanyaku tajam.

Bagaimana mungkin dia menolak, aku tau dengan jelas, juna pasti sangat ingin menyentuhku.

"Nal, jangan seperti ini" katanya berat.

"Kenapa kamu menolak? Apa aku kurang hot?" tanyaku tak menyerah.

Biarlah aku dianggap perempuan murahan, kali ini harus aku yang memulai.

Aku segera meraba dada bidang juna, dengan gerakan yang lambat.

Ku kecupi lehernya dengan penuh penghayatan.

Juna hanya diam, seperti patung.

"Touch me!"

Juna terus diam, dan semakin memejamkan matanya erat.

"Kamu impoten?" tanyaku mulai ngaco.

Juna membuka matanya, tanpa banyak bicara, ia mengambil kemejaku.

Memakaikan padaku, dengan telaten.

Satu demi satu kancing baju mulai terpasang dengan perlahan.

Aku menatapnya penuh tanya.

Apa juna impoten?

Pikiran itu terus berkecamuk dalam benakku.

Jangan-jangan ini yang menyebabkan juna tidak pernah tertatarik perempuan.

COWARD (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang