All is well

902 118 22
                                    

Aku masih terdiam tak percaya, menatap dua makam didepanku.

Aku berharap ini semua hanya mimpi.

"nal.. " juna memelukku erat sekali.

Airmata yang dari tadi ku tahan, kini mengalir dengan derasnya.

" aku.. Aku.. "

" suttt.. Aku mengerti apa yang kamu rasakan nal, tapi kamu harus ingat, mereka sudah bahagia nal, bahagia disisi tuhan" ucap juna lembut dan menghapus air mataku.

Dan ku lihat wanita mungil di depanku, ia tidak menangis lagi, airmatanya telah mengering.

Tatapan matanya menyiratkan lubang kekosongan. Dalam kejadian ini, tentu dia yang paling kehilangan.

Kehilangan suami dan anaknya.

Apakah ada hal yang lebih menyakitkan dari ini?

Aku berdiri, berjalan pelan menuju kak melody dan memeluknya.

"All is well kak"

Kak melody hanya terdiam dan mengangguk.

Aku tau, bahwa apa yang ku ucapkan hanya terdengar omong kosong, semua tentu tidak baik-baik saja.

Setidaknya, apa yang ku ucapkan bisa membuat hatinya sedikit tenang.

All is well.

Semua akan baik-baik saja, semoga.

"kak ayo pulang"

"kamu duluan aja" ucap kak melody pelan dan masih mengelus-elus dua batu nisan di depannya.

"aku menunggu kakak" ucapku sambil melihat juna dan menyuruhnya untuk meninggalkan kami berdua.

Dan sekarang, hanya ada aku dan kak melody.

"harusnya tadi malam aku tidak meminta vano menjemputku di rumah sakit, ini semua salahku" ucap kak melody mulai menangis kembali.

Aku menepuk-nepuk bahunya pelan.

"ini semua sudah takdir kak, bukan salah kakak"

"ini salahku nal, dan sekarang aku kehilang vano dan maiza"

"kak ini murni kecelakaan! Manusia tidak pernah tau apa yang akan terjadi, kematian sudah ada yang mengatur, cobalah untuk ikhlas kak"

"kamu tidak merasakan nya nal, kamu tidak mengerti, melihat orang yang kita cintai terbujur kaku didepan kita" ucap kak melody semakin sesenggukan.

"kakak benar, aku memang tidak mengerti, tapi bolehkah aku berharap kak melody tetap baik-baik saja?"

Kak melody menatapku sendu, dan menggeleng "setelah ini, kakak tidak akan baik baik saja, kakak sudah kehilangan alasan kakak untuk hidup".

"kak... tolong jangan bicara seperti ini, kak vano sama maiza pasti sedih" ucapku memohon.

"untuk apa kakak hidup nal? Untuk apa hah?" ucap kak melody meninggi.

"untukku, untuk mama, untuk papa, untuk kak dion, untuk kak mala, untuk semua orang yang menyayangi kakak" kataku pelan.

"apa kami sudah tidak ada artinya untuk kakak? " lanjutku bertanya.

Kak melody menatapku lirih "maaf".

"aku mengerti kak" ucapku tersenyum.

Kak melody langsung memelukku "bantu kakak untuk melewati semua ini, bantu kakak nal, kakak gak bisa melewati ini sendiri".

"tanpa kakak minta, aku akan melakukannya" ucapku menciumi rambut kak melody.

Kak melody melepas pelukan kami, dan menatap mataku dalam.

COWARD (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang