"nal woy, bangun lu"
Sayup-sayup aku mendengar suara seseorang beserta guncangan keras di badanku.
Dengan kesal dan mata yang masih merah, aku segera menatapnya dengan tajam.
"Yaelah nal ngeliatnya biasa aja kali, lu ngeliat gua kaya ngeliat Edward Cullen, kaya mau makan rawr" ucap Jeje sambil memperagakan ekspresi kucing garong kejepit pintu lemari.
"Je sumpah ya gua pengen marah sama lu, tapi muka lu itu lho" kataku dengan diiringi suara tawa merduku yang membuat seisi kelas menutup telinga.
"Apa deh nal, gua tau gua cantik. Gausah terlalu muji gua" ucapnya dengan memutar bola matanya malas.
Aku tidak kuat untuk tidak tertawa sekencang-kencangnya.
Jejepun minjitakku, aku hanya meringis dan melanjutkan tertawaku yang sempat tertunda.
"Tadi aja pas pelajaran ngebo, sekarang malah ketawa lagi, mana kenceng, mending merdu nal" ucap Jeje dengan wajah yang super bete, dan itu sukses membuatku semakin tertawa.
Jeje langsung menarikku keluar kelas, dan aku baru sadar ternyata sekarang telah masuk jam istirahat.
Karena tadi malam aku bermain PS dengan kak vano sampai jam satu, aku menjadi mengantuk.
Dan kalah terus lagi, dan itu sukses membuat ku tidak bisa tidur. Karena memikirin nanti, strategi apa yang aku pakai agar kak vano kalah.
Ngomong-ngomong tentang kak vano, dia adalah kakakku satu-satunya, aku dengannya berbeda empat tahun.
Kak vano itu seumuran dengan kak melody. Bahkan dari SD sampai sekarang SMA, mereka selalu satu sekolah dan satu kelas.
Aku menjadi curiga, jangan-jangan mereka menyembunyikan sesuatu dariku.
Eh kok pikiranku jadi ngelantur sih, tidak mungkin kak vano mau dengan nenek sihir.
Tapi kan kak melody hanya galak kepadaku. Sedangkan jika dengab keluarga ku dan keluarganya, dia sok lembut seperti bidadari.
Kak melody juga cantik, bahkan sangat cantik.
Tapi,
Kekurangan dia satu 'playgirl'. Kenapa jadi membahas kak melody. haduh, kalau ketauan habislah aku.
Akhirnya sampailah kami ditempat yang paling aku sukai dari sekolah ini, apalagi kalau bukan kantin.
Aku dan Jeje clingak clinguk seperti maling Jemuran. Karena di kantin penuh dengan kepala manusia yang sedang menuntaskan dahaganya.
Tak sengaja mataku menubruk mata seseorang yang dari pagi membuat moodku hancur berantakan, siapa lagi kalau bukan kak melody.
Dia menatapku dengan tatapan seperti singa yang menemukan mangsanya, aku bergidik ngeri dan memaksa Jeje untuk putar halauan.
Tapi sepertinya nasib sial sangat menyukaiku, sebelum kami berbalik, sebuah suara berat meneriakkan namaku.
"Kinalllllllll, Jeje, sini duduk sama kakak aja"
Suara berat itu terus meneriakkan namaku. Karena aku tidak suka menjadi pusat perhatian, dengan berat hati aku menyeret Jeje untuk mengikutiku duduk disamping kakak tercintaku dan si nenek sihir.
"Eh maaf telat ya Mel, tadi guruku jam nya melebihi jadwal"
Kata seorang pria yang baru datang dengan nafas ngos-ngosan, aku yakin dia pasti habis lari marathon.
Aku terus memperhatikan pria itu. Dia tinggi, putih, ganteng, dan sepertinya sopan, tapi lebih ganteng kakakku sih.
Ya jelaslah, orang aku adeknya, pasti aku akan selalu memuji kakakku dibanding orang lain, Aku terkekeh dalam hati.