01. Noviar Jordan

9.4K 529 34
                                    

Bunyi klakson nyaring terdengar dari mobil yaris hitam akibat mobil avanza abu-abu seenak jidat memotong jalur begitu saja. Hal itu juga membuat sang pengemudi yaris hitam mengumpat karena kaget. "Anjrit!"

"Kak kenapa? Halo? Kak Jordan!"

Jordan mengambil ponsel yang terjatih dipangkuannya akibat insiden tadi.

"Hampir mati gue," katanya saat kembali menempelkan ponsel ke telinga.

"Gak lucu! Jangan bercanda!"

"Serius Gi, tadi ada orang motong jalur gitu aja. Untung aku sempet ngerem kalau enggak... ya wassalam." Tangan Jordan bergerak memutar setir, laki-laki itu mengernyit saat Gia tidak bersuara. Ia menjauhkan ponselnya, memastikan telepon itu masih tersambung atau tidak. "Gia?"

Detik kemudian yang Jordan dengar adalah isakan tangis tertahan milik Gia. Laki-laki itu segera menepikan mobilnya, tidak peduli ada tiang larangan parkir berdiri tegak tidak jauh dari tempat Jordan memarkirkan mobilnya.

"Gia, aku gak apa-apa." Jordan memejamkan mata, menahan sesak dihatinya mendengar tangis Gia pecah tepat setelah Jordan mengatakan hal itu.

"A-aku takut."

Jordan menghela napas. "Maaf, jangan nangis, aku gak suka."

Setelah itu yang terdengar hanya isakan tangis Gia. Jordan bisa merasakan kekasihnya itu berusaha mati-matian menahan tangis.

Jordan memijat keningnya, dadanya naik turun seiring laki-laki itu berusaha menenangkan hatinya. Disaat seperti ini yang Jordan benci adalah ketidakhadiran Jordan di samping Gia.

Akhir-akhir ini Gia sering menangis. Bukan karena Jordan jahat atau bagaimana. Hubungan mereka baik-baik saja, sampai dua minggu lalu Gia menerima hasil seleksi SBMPTN.

Gia dinyatakan lulus.

Seharunya Gia senang tapi, perempuan itu justru makin sedih. Karena kesempatan satu-satunya bisa bersama dengan Jordan hilang sudah. Gia diterima di perguruan tinggi lain kota dengan Jordan. Bukan Surabaya tapi Bogor.

Mungkin hal itu yang memicu Gia semakin sensitif.

"Gia jang- "

"Iya, iya, ini juga udah gak nangis kok."

Jordan tersenyum meskipun dalam hati, dirinya tahu Gia masih menangis. Jordan memilih kembali menjalankan mobilnya sebelum tertangkap polisi. "Mulai masuk kuliah kapan deh?"

"Hari selasa," katanya dengan suara serak.

"Oh selasa... eh iya, Salsha sama Ifa gimana?"

"Salsha satu kampus sih tapi beda jurusan kalau Ifa di Malang juga, kayak Kak Bima."

"Eh, sumpah? Wah jadian sih itu bocah."

"Yah... aku belum cerita ya?"

"Cerita apa?"

"Ifa sama Kak Bima, mereka udah renggang gitu. Awalnya mereka masih rutin chating sampai bulan lalu atau kapan ya? Aku lupa. Ya... pokoknya Kak Bima ngilang gitu aja deh, Ifa sempet nangis tapi untungnya gak sampai berhari-hari soalnya dia sadar udah mau UN gitu deh."

"Kok Bima adem ayem aja ya?"

"Gengsi kali, mau curhat. Model-model Kak Bima gitu."

Jordan tertawa. "Emang Bima model-model kayak gimana?"

"Ya gitu... gimana ya? Eh, tunggu dipanggil mama ini, IYA MA SEBENTAR."

Jordan terkekeh. "Yaudah matiin dulu, ini aku juga udah sampai kampus."

Another StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang