03. Kenyataan

3.7K 352 13
                                    

Salsha menginjak rem mobilnya mendadak, sontak tubuh dua perempuan yang berada di dalam mobil jazz merah itu maju beberapa centi ke depan, untung saja mereka memakai seatbelt hingga tubuh mereka tidak terbentur. Suara klakson nyaring terdengar dari belakang.

Tangan Salsha gemetar, perlahan ia menghembuskan napasnya kemudian menjalankan mobilnya lagi.

"Bisa nyetir gak sih!" teriak pengemudi kijang biru tua begitu menyalip mobil Salsha. Salsha mengucapkan kata maaf nyaris tanpa suara.

Sementara Gia, menekan dadanya yang nyeri akibat kejadian tadi. "Sal, ati-ati deh."

Salsha mengangguk. "Sori, gue bener-bener kaget, Gi."

"Coba nepi dulu deh Sal, tangan lo geter gitu," kata Gia setelah melihat kondisi Salsha.

"Depan aja ya? Sekalian mampir Mcd."

"Yaudah, tapi pelan-pelan."

Salsha mengangguk. Ia mengemudi dengan kecepatan standar untuk sampai di Mcd.

Sampai ditempat yang dituju, keduanya sama-sama menghela napas lega. "Lo gak apa-apa kan Gi?"

"Enggak, lo gimana?"

"Untungnya sama," kata Salsha sambil melepas seatbeltnya. "Yuk, gue ngidam burgernya nih."

Mereka keluar dari mobil. Berjalan beriringan memasuki Mcd yang lumayan ramai. Salsha memesan burger dan cola sedangkan Gia memilih kentang goreng. Entah dia tidak begitu semangat untuk makan.

Mereka duduk di bangku paling pojok. Salsha langsung memakan burgernya satu gigitan besar kemudian berkata, "gue shock."

"Segitu shock-nya sampai ngerem mendadak?"

"Jangan salahin gue." Salsha menatap Gia tajam. "Lo yang gila!"

"Gue gak tahu Sal!"

"Alasan! Lo pasti ngerasain hal yang sama setahun lalu," tandas Salsha.

Gia pun terdiam, perempuan itu benar-benar bingung.

"See? Lo diem dan gak bisa jawab pertanyaan gue."

Gia mendengus. "Sal, gue-"

"Gia! Jangan alasan, please."

Gia makin gelisah begitu Salsha mengatakan hal itu. Kemudian ia merasa tidak ada salahnya untuk jujur pada Salsha daripada masalahnya makin runyam. "Iya. Gue ngerasain semua itu ke Dimas dari dulu. Tapi, gue gak tahu kalau gue masih berdebar setelah setahun gak ketemu sama dia."

Flashback on
//From The Star part 33//

Salsha memeluk Gia dari samping. Perempuan itu terisak dengan dua tangan menutupi wajahnya. Sedangkan Ifa memilih untuk mengusap punggung Gia.

"Udah Gi, udah." Salsha mengeratkan pelukannya.

Gia melepaskan tangannya kini wajah bengkaknya terlihat jelas. "Kenapa Yoga itu Dimas sih?"

Salsha dan Ifa mengernyit. Mereka kira Gia menangis karena Jordan.

"Gi lo suka sama Yoga?"

Gia diam. Sebenarnya hal itu yang sedari tadi ditanyakan pada dirinya sendiri. "Gue gak tau."

"Lo nyaman sama Yoga?"

Gia mengangguk. Gia sangat nyaman jika bersama Yoga. Cowok itu sering membuat Gia tersenyum.

Ifa dan Salsha saling lirik. Kemudian tangan Salsha membelai rambut Gia. "Gi, lo deg-degan deket Yoga?"

Another StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang