02. Nayra Giana

4.2K 413 22
                                    

Jantung Gia berdegup saat mobil Salsha sudah terparkir rapi di parkiran Institut Pertanian Bogor. Perempuan itu melirik Salsha beberapa detik sebelum berucap, "duh Sal, kenapa kita gak sejurusan aja sih."

Mengingat Salsha diterima di Teknologi Pangan sedangkan, dirinya di Agribisnis.

"Yee... gue juga maunya gitu." Salsha memiringkan badannya setelah melepas seatbelt. "Yaudahlah Gi, lo udah punya kenalan kan pas OSPEK kemarin, siapa namanya?"

"Marissa."

"Nah! Yaudah, santai aja kali, ntar kalo ada apa-apa lo telepon gue deh."

Gia cemberut. Tetap saja dia tidak bersama Salsha dan Ifa, bukannya Gia pilih-pilih teman atau bagaimana tapi keluar dari zona nyaman benar-benar hal yang ingin dihindari oleh Gia.

"Lo turun atau gue kunciin dari luar?" tanya Salsha yang ternyata sudah turun duluan.

Gia mendengus, dengan malas ia keluar dari mobil Salsha. Suasana asri langsung menyambut Gia. "Kita pisah nih?"

"Mau gue anterin ke kelas?"

Gia menyengir. "Kalau bol-"

"Ogah!" sela Salsha diselingi kekehan perempuan itu, sementara yang diejek semakin menampakan raut wajah tidak bersahabat.

●●●

Gia menyelipkan anak rambutnya sebelum masuk ke kelas, tak lupa ia memanjatkan doa agar tidak melakukan hal konyol di hari pertamanya.

Langkahnya berat dan ragu-ragu, Gia juga menggerakan matanya cepat untuk mencari sosok Marissa. Untung saja Marissa peka akan kedatangan Gia. Perempuan berambut pendek di atas bahu yang baru saja dikenalnya kurang dari seminggu itu melambaikan tangannya. "Giana."

Gia tersenyum, hatinya sedikit lega. Dengan diiringi beberapa pasang mata yang menatapnya Gia sedikit berlari menghampiri Marissa yang duduk di belakang. "Hai, Sa."

Marissa tersenyum menampilkan gigi kelinci miliknya. "Morning, hehe. Eh, gue deg-degan gitu loh Gi, secara gue sendiri di sini. Maksudnya gak ada yang bener-bener kenal gue dari jaman SMA atau SMP."

"Sama kali, Sa. Gue juga, ada sih temen SMA tapi dia di teknologi pangan."

Marissa sontak memeluk Gia dari samping. "Nice! Lo jadi temen gue sampai lulus ya?"

Gia membalas pelukan Marissa. "Lo juga ya, Sa."

Entah bagaimana dan kenapa mereka berpelukan begitu, seperti sudah bertahun-tahun kuliah dan besok akan diwisuda. Kenyataannya mereka belum memulai menuliskan satu coretan pun dibinder masing-masing.

Gia menguraikan pelukannya diikuti Marissa yang melakukan hal sama.

"Hari ini, kita cuma dua matkul kan?"

Gia mengangguk. "Iya, matematika ekonomi terus jeda setengah jam baru deh pengantar ilmu pertanian. Tapi enaknya ngapain setengah jam di kampus?"

"Cari cowok!" celetuk Marissa semangat.

Gia menggeleng. "Udah punya."

"Serius? Siapa? Ganteng gak? Tinggi gak? Kece gak? Anak mana? Sekarang kuliah atau masih sekolah?"

Gia tertawa mendengar pertanyaan beruntun dari Marissa. "Iya, namanya Jordan. Dia itu kakak kelas gue waktu SMA." Gia tidak kuasa menahan senyum saat menceritakan pribadi Jordan. "Ganteng, tinggi juga, kece kok, orangnya juga jahil, apa lagi ya? Oh! Sama temen royal banget, lebih menghargai sahabatnya dari apapun."

Another StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang