Gia bergelayut manja dilengan Jordan alhasil laki-laki itu menyetir dengan satu tangan. Yang perempun tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya sedangkan yang laki-laki merasa gelisah tapi berhasil ditutupi dengan rapi.
"Gi, senin temenin gue boloslah."
Gia menggaruk kepalanya. "Hm ... bisa bolos gak ya?"
Jordan melirik Gia sekilas. Perempuan itu masih bersandar dilengannya. Jordan menginjak rem ketika mendapati lampu merah lalu tangan kanannya dilepaskan dari setir dan beralih mengacak rambut Gia. "Masa pacar sendiri dianggurin sih?"
Gia terkekeh geli, perempuan itu mendongak. Mata cokelatnya langsung disambut mata hitam milik kekasihnya itu. "Iya-iya, siapa yang mau nganggurin, sih?"
"Ya kali aja," Jordan kembali mengacak rambut Gia tapi kali ini lebih lembut. "Gi, emang di kampus gak ada yang suka sama lo ya?"
"Banyak dong!" Gia langsung bersemangat bahkan dirinya kini sudah duduk tegak sambil menatap Jordan bangga. "Tiga kakak tingkat, empat anak seangkatan yang udah nembak gue dalam seminggu awal kuliah. Hebat kan?"
Jordan menghela napasnya lalu kepalanya digelengkan diikuti decakan antara kagum dan sebal. Kaki Jordan menginjak gas perlahan. Lampu merah sudah berganti menjadi hijau. "Terus?"
"Terus?" Gia mengernyit. "Ya ditolaklah, kan udah punya pacar."
Jordan tersenyum tapi, lebih ke senyuman gentir dan Gia bisa merasakan hal itu, senyuman yang sama saat setahun lalu Jordan memutuskan hubungan mereka.
"Kenapa Kak?" tanya Gia hati-hati.
"Ha? Kenapa emang?"
"Kelihatannya kamu gak suka," lirih Gia.
Jordan melirik Gia sekilas, ada keresahan yang terpancar dari raut muka kekasihnya itu. "Siapa sih yang suka ceweknya dideketin orang lain?"
Gia mengerjap, bahunya langsung lemas, mata Gia beralih menatap lurus jalan raya. Hatinya terhenyak, nama Dimas terlintas dibenaknya.
●●●
Aldo memeluk Revan dari samping, laki-laki itu beringsut, menenggelamkan wajahnya didada bidang Revan sambil berteriak dengan suara teredam. "Sumpah! Gue mikirnya biar masalah mereka langsung selesai!"
"Ya lo kan bisa diskusi dulu sama kita!" teriak Bima keras bahkan urat laki-laki itu sampai terlihat.
Masalahnya, Aldo baru saja mengatakan bahwa laki-laki itu mengirim pesan pada Jordan mengatakan bahwa dirinya tidak sengaja bertemu dengan Gia dan Dimas saat mengantar sepupunya belanja. Dan pesan itu sudah dikirim sejak satu jam setelah keberangkatan Jordan, itu artinya Jordan sudah membaca pesan dari Aldo walau laki-laki itu tidak membalas.
Bima menarik kaos Aldo kasar, berusaha agar pelukannya terlepas dari tubuh Revan.
"Tolong Vaaan! Gue gak mau muka gue bonyok! Selasa gue ada party di Kute!"
Revan menghela napasnya, badannya ikut bergoyang akibat tarikan Bima. "Bim, Bim, udah kasian anak orang."
"Gak bisa! Lo bikin suasana makin ribet Do!" Bima masih berusaha menarik Aldo hingga bunyi krek menghentikan usaha laki-laki itu. "Eh?"
Aldo melepas pelukannya, refleks ia meraih kaos bagian belakang lalu memeriksa kondisi kaos distro yang baru dibelinya dua hari lalu di Bogor. "Huaaaa! 3 Second guee!"
Revan dan Bima menyengir melihat Aldo merengek sambil melepas kaosnya hingga ia bertelanjang dada.
"Yaudah sih, salah lo juga," kata Bima lalu duduk di samping Revan. "Ya gak Van?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Star
Teen Fiction[ C o m p l e t e ] When you release me again. || Sequel of from the star - Copyright 2017, Nabila Wardani - All Rights Reserved. Cover by vii_graphic