16 - Keinginan Yang Sebenarnya

2.3K 261 64
                                    

"Motivasi lo buat gak bawa hp apa coba?"

Salsha berdiri di ambang pintu kamar Gia dengan kepala berbebat handuk yang menutupi rambut panjangnya.

"Ya gitu," gumam Gia, perempuan itu masih saja sibuk menata pakaiannya yang habis diambil dari laundry.

"Gi?" Salsha berjalan mendekat. "Lihat gue dong!"

Gia mendengus pelan. Lalu menutup pintu lemarinya dengan satu sentakan. "Gue gak mau denger kabar dari Kak Jordan."

Salsha menarik napasnya kemudian menghembuskannya perlahan. Ia sedikit tahu kondisi hubungan Jordan dan Gia dari Dimas. Karena kemarin memang Dimas sempat mencari Gia di kontrakan dan Salsha berjanji memberi tahu jika laki-laki itu juga bersedia memberi tahu apa masalahnya.

Salsha memang langsung menelepon Reno begitu Jordan dan Dimas menghampiri kontrakannya dua kali berturut-turut kemarin. Dan benar saja Reno mengatakan bahwa adiknya itu berada di rumah sejak kemarin malam. Reno juga menyakan apa penyebab Gia menangis dan tentu saja Salsha menjawab tidak tahu karena, perempuan itu memang belum mengetahui masalahnya.

"Gi, gue tahu-"

"Lo gak tahu!" potong Gia. "Lo gak tahu apa-apa Sal, lo gak tahu apa yang gue bingungin.

Kak Jordan, udah jahat Sal, sama gue." suara Gia melemah, saat itu juga Salsha berderap kearah Gia untuk memeluk sahabatnya itu.

"Sabar Gia, sabar."

"Gue gak mau dengar kabarnya, gue-gue terlalu takut kalau sewaktu-waktu dia ninggalin gue lagi. Gue takut kalau dia bilang, ada yang jauh lebih baik di sana. Gue takut Sal, gue-"

"Udah Gi." Salsha menghentikan Gia dengan elusan dipunggung sahabatnya itu. Gia tidak menangis tapi, Salsha bisa merasakan lemahnya perempuan itu.

"Gue bego ya Sal? Seharusnya gue udah ngelepas Kak Jordan dari dulu, seharusnya gue," Gia menghela napasnya berat. "Gue tahu Kak Jordan itu brengsek!"

●●●

Jordan memang tidak ada kelas hari ini tapi, seorang yang akan ditemuinya ada. Maya ada kelas.

Laki-laki itu tampak bosan hingga memainkan jari-jari tangannya yang diketukan berirama dikursi besi yang terletak di depan kelas. Beberapa kali ia juga mengeluarkan ponselnya, bukan untuk dinyalakan karena dirinya tahu tidak akan ada pesan dari Gia tapi, untuk diputar-putar layaknya spinner.

Beberapa menit kemudian. Ruang kelas yang ditunggu Jordan terbuka juga, dosen yang mengajarpun keluar diikuti mahasiswa-mahasiswinya. Jordan segera berdiri, matanya bergerak cepat mencari Maya.

Sampai beberapa saat akhirnya ia melihat Maya yang berjalan lesu diapit dua temannya yang entah mengobrolkan apa. "Maya!"

Perempuan itu tersentak. Matanya membulat saat melihat Jordan berdiri dalam jarak pandangnya, hatinya berdegup, pipinya pun memanas, dan detik itu juga Maya memutuskan berlari berlawanan arah dari teman-teman kelasnya.

Melihat itu Jordan pun sigap menyusulnya. Langkah panjangnya membuat laki-laki itu mudah menghapus jarak yang diambil Maya. "May! Astaga! Gue cuma mau ngelurusin ini semua!"

"Maya!"

Maya masih berlari menuruni tangga, bahkan bukunya yang dipegangnya terjatuh dibiarkan begitu saja. Sampai saat perempuan itu akan berbelok satu cekalan tangan menahannya erat. "Jangan kabur, please, gue cuma mau ngelurusin ini, dan," Jordan mengatur napasnya. "Gue bakal tanggung jawab."

●●●

Sudah lima menit Dimas mengetuk pintu kontrakan Gia tapi, bukan Gia yang keluar melainkan Salsha. Seharusnya Dimas tahu tapi, entah laki-laki itu malah tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya dengan mendengus keras.

Salsha mengernyitkan dahinya. Tapi kemudian ia langsung berucap, "Gia baru aja tidur, kecapekan kali baru pulang dari Jakarta."

Dimas hanya mengangguk lalu memberikan satu kantong plastik yang berisi kue milik artis yang sedang ramai dibicarakan. "Titip buat Gia."

"Hm." Salsha bergumam sambil mengambil pemberian Dimas.

Setelah itu Dimas berbalik bermaksud untuk pergi tetapi, suara ketus Salsha berhasil menahannya.

"Seneng kan, lo, tahu Gia sama Kak Jordan renggang."

Dimas mendengus keras, ia berbalik, menatap Salsha tajam. "Gue gak pernah minta Jordan selingkuh dari Gia!"

"Tapi lo bersyukur, iya kan?" Salsha tersenyum miring. Dia sama sekali tidak suka dengan Dimas, laki-laki itu terkesan selalu ikut campur masalah Jordan dan Gia.

Tanpa ingin menjawab pertanyaan Salsha yang menurut Dimas hanya menyulut emosinya, laki-laki itu akhirnya memilih pergi dari sana.

"Dasar!" Salsha mulai menggerutu. "Buaya!"

●●●

"Diminum dulu," kata Jordan sambil menyodorkan satu gelas jus stroberi pada Maya.

Maya mengangguk pelan lalu meminum jus itu sedikit, meskipun tenggorokannya kering habis berlari tadi dan dia harusnya minum banyak tapi, sepertinya pergi dari hadapan Jordan adalah solusi terbaik untuk melegakan tenggorokannya.

Jordan tampak menimbang sesuatu. Sesuatu yang akan ia katakan tanpa menyinggung perasaan Maya. "May?"

"Ya?"

"Gue mau minta maaf," katanya setelah tidak juga menemukan kata-kata yang tepat.

Maya bergeming.

"Sorry gue udah- yah, lo tahu lah, hmm maksud gue," Jordan berhenti sejenak untuk menenangkan jantungnya dan pikirannya yang teralihkan terus-menerus melintaskan sosok Gia. "Gue mau tanggung jawab."

"Lo punya pacar." sergah Maya cepat.

"Gue bisa putusin."

Setelah mengatakan seperti itu yang dirasakan Jordan adalah rasa sesak didadanya. Ia menyesal. Sangat.

"Enggak Jo, kita salah, lo gak perlu tanggung jawab gue-"

"May! Jangan bikin gue jadi cowok paling brengsek seumur hidup gue."

Maya tersikap dengan ucapan Jordan. Laki-laki itu mengacak rambutnya kesal, saat itu juga Maya dapat melihat lingkaran hitam di bawah mata Jordan.

"May?"

Maya mengerjap, kini matanya bertemu dengan mata hitam pekat milik Jordan.

Detik kemudian tanpa Maya sangka, Jordan menarik dua tangan Maya lalu digenggamnya erat, matanya juga memancarkan niatnya yang sungguh-sungguh. "Ijinin gue buat tanggung jawab, ya?"

Maya tampak ragu. Sepenuhnya hati Maya masih milik Sian dan Maya yakin sepenuhnya juga hati Jordan masih milik kekasihnya di sana.

Tapi sorot mata Jordan membuatnya begitu yakin. Hingga akhirnya, perempuan itu mengangguk.

Jordan tersenyum, Maya juga membalas senyuman Jordan.

Menit kemudian setelah Jordan melepaskan genggamannya yang terjadi hanyalah hening. Kedua insan yang resmi menjadi sepasang kekasih itu larut dalam pikiran masing-masing.

●●●

Another StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang