Jordan menatap seorang perempuan berambut pendek yang duduk di tepi kasur dengan pandangan kosong. Mulut kecilnya terus bergumam sesuatu entah apa, Jordan sendiri tidak bisa mendengarnya.
Audy.
Jordan melangkah mendekat, memanggil nama Audy sekali, meskipun dirinya sendiri yakin sahabatnya itu tidak akan merespon.
Jordan duduk di samping Audy sementara Dimas duduk di salah satu kasur tidak jauh dari kasur Audy.
Tangan Jordan mengelus rambut Audy perlahan, senyumnya tidak sebahagia itu, Jordan sedih sekaligus kasihan disaat bersamaan. Ia dengar apa yang digumamkan Audy dan detik itu juga ia menoleh pada Dimas.
Dimas hanya tersenyum gentir, tahu maksud tatapan dari Jordan. Memang selama ini Audy tidak pernah berhenti memanggil nama Dimas.
"Gue yang potong rambutnya," Dimas berucap sambil mengusap tengkuknya. "Agak gak simetris, kan?"
Diberi tahu seperti itu Jordan segera memperhatikan potongan rambut Audy. "Kenapa mesti dipotong sih?"
"Audy lebih cantik kali, sama rambut pendeknya, kayak dulu waktu kelas satu."
Seketika otak Jordan memutar kenangan dimana Audy, menangis bombay hanya karena, rambutnya mengalami kesalahan teknis saat dipotong di salon kepercayaannya. Saat itu juga Audy tidak mau lagi potong rambut di sana.
Masih dengan mengelus lembut rambut Audy, Jordan berkata, "itu orangnya ada kali Dy." Laki-laki itu menarik napasnya kemudian membuangnya perlahan. "Dimas ada di sini."
Seketika Audy terdiam. Dengan gerakan perlahan ia menoleh pada Jordan, mata perempuan itu tampak sendu sampai akhirnya ia berucap, "Dimas?"
Jordan mengangguk. Ia menunjuk Dimas ragu-ragu. Audy pun mengikuti arah telunjuk Jordan. Detik demi detik Audy dan Dimas saling bertatapan. Jordan juga berharap Audy akan sadar meskipun kemungkinannya kecil tapi, yang ada Audy malah tersenyum. "Aku kangen Dimas."
Baik Jordan maupun Dimas merasakan satu tusukan dihati masing-masing.
Selanjutnya tidak ada yang terjadi. Audy kembali pada tatapan kosongnya tetap dengan mulut yang terus memanggil nama Dimas.
Beberapa menit kemudian seorang perawat masuk memberitahukan bahwa jam kunjung sudah habis. Keduanya pun segera pergi sebelum memberikan pelukan pada Audy dan membisikan kalimat agar Audy bisa cepat sembuh.
●●●
Paginya, Jordan terus menerus mencoba menghubungi Gia tapi, hasilnya nihil. Ponsel perempuan itu dimatikan. Tanya pada Salsha pun katanya, semalam keluar dan belum kembali sampai sekarang.
Jordan menghubungi salah satu kontak diponselnya, kemudian menempelkan ponsel itu ditelinganya. "Dim, bisa jemput gue?"
"..."
"Gia gak bisa dihubungin, kata Salsha semalem keluar tapi belum balik sampai sekarang."
"..."
"Oke. Thanks ya?"
"..."
Jordan mengambil jaket maroonnya lalu menyampirkan tas ransel kemudian keluar dari kamar hotel. Dia harus check out sekarang.
Laki-laki itu menunggu Dimas di depan pintu hotel, dan masih berusaha menghubungi Gia. Tapi tetap ponselnya dimatikan.
Jordan berusaha tetap tenang. Tapi tetap saja tidak tertutupi sepenuhnya. Mata laki-laki itu terus bergerak gelisah menatap layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Star
Teen Fiction[ C o m p l e t e ] When you release me again. || Sequel of from the star - Copyright 2017, Nabila Wardani - All Rights Reserved. Cover by vii_graphic