07. Pelampiasan

2.3K 273 35
                                    

Aldo mengernyitkan keningnya bingung saat mendapati Dimas yang keluar dari mushola dengan memanggil nama Gia.

Begitu juga Dimas yang terkejut dengan kehadiran Aldo, setahu Dimas, Aldo kuliah di Bali.

Seharusnya Dimas senang bisa bertemu dengan Aldo, hubungan mereka memang membaik tapi tidak bisa sedekat dulu. Sesuatu yang sudah pecah akan sulit jika disatukan meskipun ada alat untuk menyatukan.

Apalagi kelimanya berpencar setelah lulus. Hal itu juga membuat mereka semakin susah untuk memperbaiki hubungan pertemanan ini seperti dulu lagi. Mereka sadar, mereka tahu, dan mereka menerima.

Perasaan tidak enak langsung menghinggapi Dimas, dia takut dirinya menjadi perusak hubungan antara Gia dan Jordan, lagi. "Kita satu kelas, gue cuman jalan sama Gia, gak ada alasan lain, Do."

"I-iya Kak, gue sama Dimas cuman jalan aja kok sambil bahas tugas kelompok dari dosen," tambah Gia.

Aldo tersenyum. "Santai aja kali, gue tadi cuma kaget gitu," Aldo menatap Dimas. "Gue kira lo ambil Unpad, Dim."

Dimas mengedikan bahunya, "gue rada gak srek sama jurusannya."

Merasa keadaan kembali membaik dan Gia rasa Aldo juga tidak akan salah paham dengan situsi sekarang, yang perempuan pun berkata, "Kak, jangan bilang Kak Jordan ya?"

Sejenak Aldo bimbang itu artinya Jordan tidak tahu kan, bahwa Gia pergi berdua dengan Dimas? Beberapa detik kemudian, Aldo memilih mengiyakan permintaan Gia.

●●●

Jordan meneguk gelas kedua grape stalk yang dipesannya setengah jam lalu. Suasana hingar bingar club yang tadinya tidak biasa ditelinga Jordan kini terdengar nyaman.

Itu adalah gelas terakhir grape stalk yang ia minum. Jordan tidak mau terlalu mabuk karena harus mengawasi Maya yang sedang meluapkan kesedihannya.

Jordan memijat keningnya, lalu ia mendengus saat mengingat Gia. Bukan apa-apa tapi perempuan itu pasti marah kalau tahu Jordan pergi ke tempat seperti ini, apalagi orang tuanya.

"Jordan," panggil Maya yang terdengar seperti bisikan. Perempuan itu bergelayut manja dileher Jordan.

Jordan menatap Maya iba. Tadi setelah melihat Sian, perempuan itu tidak berhenti menangis dan Jordan bingung harus apa. Mungkin, Jordan bisa memeluk Maya untuk menenangkan tapi, ia sadar dia harus menjaga hati kekasihnya.

Sampai akhirnya, Maya meminta Jordan membawanya ke club ini katanya, dia butuh sesuatu untuk meluapkan kekesalannya. Awalnya Jordan menolak tapi Maya tetap keu-keuh pada keputusannya.

Akhirnya Jordan mengiyakan dengan syarat dirinya ikut menemani Maya.

"Ayo pulang," kata Jordan sambil melepaskan rangkulan Maya.

Maya mencibir, matanya masih sembab, perempuan itu juga berada dibawah pengaruh alkohol. "Satu jam lagi, ya? Ya? Ya?"

Jordan mendengus, ia pun menganggukan kepalanya. Maya langsung teriak kegirangan, tanpa diduga Maya mendekatkan wajahnya.

Jordan yang sadar akan gerakan Maya langsung memalingkan wajahnya. Bibir Maya sukses mendarat dipipi kanan Jordan. Sial!

Another StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang