06. Awal

2.5K 282 22
                                    

Revan duduk dimeja makan dengan semangkuk soto ayam yang dibelinya dari pedagang kaki lima. Suara pintu kamar terbuka membuat Revan mendongak, melihat Jordan masih dengan muka masam.

"Makan, bang."

Jordan menatap Revan tanpa minat, ia bergerak ke dapur mengambil satu botol air dingin disana lalu meneguknya habis tak tersisa. Botol kosong itu dilempar ke tempat sampah sebelum menghampiri Revan dan duduk di depan laki-laki itu.

"Lo pernah ribut gak sih, sama Laras?" tanya Jordan.

Revan tersenyum, ia menyuap satu suapan terakhir soto ayamnya lalu mendorong mangkuk kosong itu dan berkata, "seringlah."

Jordan menatap Revan tidak percaya karena Jordan sendiri tahu bagaimana harmonisnya hubungan Revan dan Laras.

"Sumpah, Jo."

"Sesering itu?"

Revan mengangguk. "Hampir tiap hari, gue ribut, tapi pacaran tiga tahun sama Laras bikin gue punya prinsip sendiri."

"Prinsip apa?"

"Ngalah. Emang hal yang bikin gue ribut gak serumit, lo sama Gia. Tapi hal kecil, kapan aja bisa bikin hubungan renggang kalau gak cepet-cepet diselasaikan.

Gue gak pernah masalah kalau emang Laras yang salah tapi gue yang harus ngalah. Asal Laras tetep sama gue, gue gak pernah masalahin salah, benernya dia. Makin kesini Laras juga ngikutin prinsip gue."

Jordan terdiam. Masalahnya bukan dirinya yang apa-apa tapi, Gia yang mulai goyah. Mungkin Jordan bisa punya hubungan seharmonis Revan dan Laras kalau saja Gia tidak pernah memperdebatkan hal kecil yang sudah jelas jawabannya.

"Diemin aja dulu sebentar, kasih ruang buat diri lo sendiri. Gue tahu masalahnya bukan di-elo tapi Gia. Bener gak?"

Jordan mengangguk. "Sumpah, gue gak ngerti itu anak kenapa jadi kayak gitu."

Tangan Revan menggapai gelas berisi air minum lalu meneguknya habis dan berkata, "wajar, LDR emang susah. Yang penting sabar, itu kuncinya."

●●●

Dari semalam Jordan menonaktifkan ponselnya. Ia butuh ruang, itu alasannya. Jordan butuh istirahat sejenak dalam hubungannya dengan Gia. Jordan tahu hal ini pasti akan membuat Gia khawatir, mengingat semalam Jordan mematikan hubungan komunikasi mereka secara sepihak.

Pukul empat lewat empat puluh lima menit sore, Jordan selesai kelas. Ia menyampirkan tasnya lalu berniat berjalan keluar.

Namun langkah laki-laki itu terhenti saat Maya masuk ke kelas dan menghadangnya. "Jordan, Sian mana?"

"Gak masuk, dari tadi gue juga gak lihat itu anak."

Maya mengeluh lesu, ada kekecewaan besar dimatanya. Bibirnya mengerucut kemudian berdecak dan berkata, "yaudah deh, lo mau balik?"

Jordan mengangguk. "Lo juga?"

"Iya."

"Naik?"

"Uber, mungkin."

Bibir Jordan membulat. "Mau bareng gue?"

Bibir Maya langsung membentuk lengkungan sempurna kemudian kepalanya dianggukan beberapa kali.

Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran kampus. Kali ini Maya bercerita tentang anjing peliharaannya. "Namanya Buddy, jenis husky, yang kayak serigala itu Jo."

"Gede dong?"

"Banget." Maya merentangkan tangannya berusaha menunjukan sebesar apa badan Buddy. "Seginian lah, beratnya tiga belas kilo!"

Another StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang