17 - Pilihan (Jordan)

2.2K 279 31
                                    

Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif at-

Jordan mendengus keras saat ponselnya lagi-lagi memperdengarkan suara seorang perempuan. Matanya masih fokus pada jalanan tapi pikirannya sebentar-sebentar menuju pada Gia. "Gia, lo ngapain sih?!"

Sesaat ada rasa ingin mencoba menghubungi Gia lagi tapi, diurungkan saat dirinya sadar, dia sudah hampir sampai di kontrakan Maya.

Ya. Jordan punya kewajiban baru, mengantar-jemput Maya. Sudah sewajarnya bukan, bagi seorang pacar?

Jordan melambatkan laju mobilnya, ia menepi di depan rumah bercat krem dengan pagar hitam yang masih tertutup rapat. Jordan mengetikan pesan pada Maya agar segera keluar.

Tidak perlu menunggu lama, setelah pesan Jordan dibaca pintu pagar dibuka perlahan oleh si penghuni. Rupanya Maya sudah menunggu kedatangan Jordan. Perempuan itu tersenyum kikuk ketika Jordan turun dari mobilnya. "Lama gak?"

"Enggak sih, lo ada kuliah emang?"

Jordan menggeleng. "Cuman nganterin lo aja."

Bibir Maya tampak membulat sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ayo."

Jordan akan kembali masuk ke dalam mobil tapi, Maya menahan lengannya. Laki-laki itu berbalik dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa?"

"Gue udah mikirin beberapa hal dari semalam," katanya kemudian menarik napasnya lalu menghembuskan perlahan diiringi dengan lepasnya cekalan ditangan Jordan. "Kita gak perlu kayak gini. Gue cuman-"

"May," potong Jordan. Laki-laki itu meraih tangan Maya, mengenggamnya lembut sambil berkata, "gue tahu ini gak gampang, tapi gue bener-bener mau berusaha May."

Saat Maya menatap mata hitam Jordan, ia benar-benar tidak mengerti dengan hatinya, dengan akalnya. Hingga akhirnya, sorot mata Jordan berhasil menyakinkannya kembali.

●●●

Maya berjalan perlahan menuju kelasnya. Ia mengelurkan ponselnya, berniat untuk menanyakan apa sudah ada dosen atau belum tapi, satu pesan dari Sian membuatnya segera berbalik, melangkah tergesa-gesa untuk segera menuju kantin.

Sian : gue tunggu lo di kantin sekarang!

Sambil berlari Maya mengikat rambutnya menjadi satu ke atas. Butuh waktu sekitar sepuluh menit agar perempuan itu sampai di kantin.

Maya menyapukan pandangannya mencari sosok Sian. Jantungnya berdegup kencang saat melihat Sian duduk sendiri di tengah kantin dengan sorot mata menatapnya tajam.

Maya meremas ujung sweaternya. Setelah berhasil, sedikit menyalurkan rasa gugupnya, barulah ia melangkah mendekati Sian.

"Duduk," perintah Sian yang langsung dipatuhi Maya.

"Jelasin ke gue," Sian menyandarkan punggungnya kekursi. "Kenapa lo turun dari mobil Jordan?"

Maya menunduk. "Gue, gue-"

"Tempo hari lo nangis di depan gue. Lo bilang lo malu sama Jordan. Lo bilang lo gak mau ketemu sama dia, sekarang apa May? Lo jilat ludah lo sendiri, gitu? Atau gimana? Jelasin ke gue karna gue bener-bener gak paham sama lo yang sekarang."

Maya mengangkat kepalanya, menatap Sian tepat dimanik mata hitam itu. "Yang sekarang?"

"Iya. Lo berubah. Itu kesimpulan yang bisa gue ambil."

Another StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang