"Ya seharusnya Kak Jordan takut dong, bisa aja aku deket sama cowok lain atau bisa aja kamu deket sama cewek lain."
Jordan menghela napasnya, ia berguling ke tepi kasurnya, mengacak rambutnya kesal, masih dengan tangan yang menempelkan ponsel ditelinganya. "Lo kenapa sih?"
"Gue cuma bingung! Kenapa lo sama sekali gak pernah ngeraguin gue. Atau Kak Jordan emang gak-"
"Stop! Gue sayang sama lo dan lo tahu itu." Jordan kembali menghela napas kasar. Tidak tahu apa yang terjadi pada kekasihnya yang tiba-tiba mendebatkan hal ini.
"Lo gak pernah cemburu sama gue, lo gak pernah khawatir sama gue, lo gak pernah-"
"GIA!" napas Jordan terdengar memburu, ia mulai kesal sekarang. "Kenapa lo tiba-tiba ngomong kayak gini? Lo suka sama orang lain?"
"Enggak gitu... "
"Terus kenapa?! Gue gak pernah ngeraguin lo karena gue bener-bener percaya Gi, sama lo."
"M-maaf."
Jordan memijat keningnya, berdebat hal tidak berguna dengan Gia sudah menguras separuh tenaga laki-laki itu.
"Kak gue-"
"Tutup dulu aja," kata Jordan mengakhiri sambungan itu secara sepihak.
Revan yang dari tadi memperhatikan Jordan dari ambang pintu, menatap temannya itu iba tapi detik kemudian terkekeh. "Keras ye."
Jordan melirik Revan, ia mendengus keras. Masih dengan posisi berbaring ia berteriak mengusir Revan dari kamarnya.
"Pintunya tutup, bego!"
●●●
Gia mengenggam ponselnya erat, ia mengambil bantal disisi kirinya lalu memeluk bantal itu erat, perlahan air mata Gia turun membasahi pipi perempuan itu.
Hatinya sesak, sangat. Seharusnya dia tidak melampiaskan kekesalannya pada Jordan. Seharusnya dia menceritakan Dimas bukan berdebat. Seharusnya Gia tidak usah meragukan lagi kepercayaan Jordan.
"Gi, cari mak- Lo kenapa?!" Salsha histeris begitu membuka pintu kamar Gia dan melihat kondisi temannya itu.
Salsha memeluk Gia dari samping, mengusap-usap rambut perempuan yang semakin terisak. "Kak Jordan?" tebak Salsha.
Gia mengangguk, kepalanya dibenamkan ke bantal.
"Lo tengkar? Gara-gara Dimas?" tebak Salsha lagi.
Gia mengangguk, detik kemudian ia menggeleng lalu berkata, "gak tau, gue cuman kesel."
Salsha menghela napasnya, ia berdiri lalu keluar kamar Gia untuk mengambil segelas air kemudian kembali masuk dan menyodorkan gelas berisi air mineral itu pada Gia. "Minum dulu, nih."
Gia mengusap air matanya sebelum menerima gelas itu lalu meneguknya beberapa kali. "Gue belum cerita ke Kak Jordan."
Salsha menarik kursi belajar Gia, kakinya diangkat dan bersila di sana. "Lo belum cerita tapi udah tengkar aja?"
"Ya habis Kak Jordan-" Gia menghentikan kalimatnya.
"Kak Jordan kenapa?"
"Gue sih yang salah, gue yang buat dia marah. Gue bilang kalau gue ragu dia gak sayang sama gue ... tahu gak sih Sal? Kak Jordan itu sama sekali gak pernah cemburu ke siapapun atau seenggaknya khawatir kek kalau-kalau gue deket sama orang lain."
"Kak Jordan gitu soalnya dia percaya sama elo. Gi, lo itu beruntung punya Kak Jordan. Jarang-jarang ada cowok sepercaya itu, sepengertian itu ke pacarnya. Tahu kan cowok jaman sekarang ... hm yang manis waktu PDKT aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Star
Teen Fiction[ C o m p l e t e ] When you release me again. || Sequel of from the star - Copyright 2017, Nabila Wardani - All Rights Reserved. Cover by vii_graphic