"Mirip banget emang ya?" tanya Jordan sudah kelima kalinya.
"Iya, astaga. Lo lupa sama wajah pacar sendiri?"
Jordan memperhatikan Maya dari tempat duduknya sedangkan perempuan itu juga Galih sedang bermain billiard.
Sian menoleh pada Revan. "Yaudah, kan emang di dunia katanya ada tujuh kembaran kita, mungkin Maya emang kembarannya Gia, yah meskipun sekilas doang sih. Kalo gue bandingin sama foto."
Jordan mengangguk setuju. Maya memang mirip tapi masih cantik Gia lah.
Revan menggaruk kepalanya lalu menatap Jordan yang tampak biasa saja. Akhirnya laki-laki itu mengiyakan saja.
Jordan mengambil ponselnya yang tergeletak dimeja. Ia membuka aplikasi line lalu menunjukan room chatnya dengan Bima pada Revan.
"Hari sabtu Bima mau ke Surabaya nih."
●●●
Baru pukul delapan pagi Gia sudah mendapat omelan panjang dari Salsha perihal dirinya yang sampai saat ini belum mengatakan pada Jordan kalau sekelas dengan Dimas.
Akhirnya, Salsha mendiamkan Gia setelah mengatakan, 'pokoknya, gue gak mau denger lo nangis kejer pas Kak Jordan marah.'
Gia melangkah ke kelasnya diiringi Marissa di sampingnya, perempuan itu bercerita soal kos-kosan yang ditempatinya ternyata angker. "Dih! Tahu gitu gue gak ngekos disana dah."
"Emang, sampai ada yang kesurupan ya?"
"Iya! Gue ngeri, gue baru gitu lihat yang begituan. Gue mau pindahlah secepatnya."
Gia terkekeh melihat wajah kesal bercampur resah milik Marissa. Mereka memasuki kelas bertepatan seorang laki-laki memakai hoodie merah keluar dari kelas.
Dimas.
Satu detik. Benar-benar satu detik mata Gia betatapan dengan mata hitam Dimas karena mereka terus melangkah pada tujuan masing-masing.
Jantung Gia berdebar, lagi.
Gia duduk disalah satu kursi baris kedua dari belakang lalu menopangkan dagu ditangan kanannya. Marissa masih bercerita kejadian kesurupan yang dialami tetangga kamarnya tanpa sadar kalau Gia tidak memperhatikannya.
"... ya gak sih, Gi? Lo tiba-tiba merinding gitu gak?"
Gia menoleh ke samping. "Hm? Oh ... iya, kayaknya."
Selang beberapa menit, dengan hati masih resah Bu Ida masuk ke dalam kelas disusul dua orang laki-laki bersenda gurau, salah satunya Dimas.
Gia merasa Dimas lebih santai ketimbang dirinya, mungkin laki-laki itu sudah melupakannya. Gia memutar kepalanya ke belakang melihat Dimas masih asik berbicara dengan Vano, bahkan hati Gia kembali berdebar saat melihat cengiran khas laki-laki itu.
Bu Ida berjalan ke tengah dengan membawa buku absen mahasiswa. "Ibu menerapkan sistem presentasi antar kelompok, kalian harus aktif bertanya, saya akan nilai kalian. Satu kelompok dua orang, yang saya pilih acak."
Mungkin kelas Agribisnis A masih berjiwa SMA, makanya setelah Bu Ida berhenti bicara timbulah aksi protes berbentuk gumaman.
"Ketua tingkat?"
Vano yang berada di belakang mengacungkan tangannya. Laki-laki itu baru dipilih sehari lalu setelah selasai kelas. "Saya, Bu."
"Catat nama yang saya sebutkan."
Vano mengangguk, ia maju ke depan, mengambil spidol dimeja lalu berdiri di samping papan tulis menunggu suara dari Bu Ida.
"Satu, Sinta sama Clara, dua, Annisa sama Farah, tiga, Marissa sama Diana, empat ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Star
Ficção Adolescente[ C o m p l e t e ] When you release me again. || Sequel of from the star - Copyright 2017, Nabila Wardani - All Rights Reserved. Cover by vii_graphic