Shinta: Aku Bahagia Untukmu

7K 273 7
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Larasati Anjani binti Surya Irawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," suara tegas lantang Abimanyu terdengar menggema di seluruh ruangan serba putih dan berhias mawar putih dengan warna senada.

Bulu kudukku ikut meremang mendengarnya. Rasa haru merasuki hariku. Tak terasa air mataku ikut menetes. Larasati begitu cantik duduk di samping Abimanyu dengan gaun broken white itu. Ah, kini sahabatku itu sudah berbahagia bersama pujaan hatinya.

Mengingat perjalanan cinta mereka yang lucu dan menggemaskan itu, tak menyangka aku hubungan mereka akan berakhir juga di pelaminan. Senyum membingkai wajah cantik Larasati yang bersanding dengan Abimanyu yang gagah dan melindungi.

Aku ikut berbaris bersama para tamu yang akan memberikan ucapan selamat pada Larasati dan Abimanyu. Senyum tak lepas dari wajah kedua mempelai.

"Selamat ya, Ras," kataku saat tiba giliranku memberikan selamat pada kedua mempelai. Sengaja aku pilih paling akhir agar tak mengganggu tamu lain.

"Makasih, Shinta. Semoga kamu juga segera merasakan kebahagiaan ini ya, Sayang," kata Larasati.

"Aamiin...," aku mengaminkan ucapan Larasati.

"Duh, kamu cantik banget sih," aku memuji kecantikan Larasati yang semakin terpancar dalam balutan gaun broken white yang membungkus tubuhnya. Benar-benar memancarkan kecantikan Larasati hari itu. Aura bahagia membuat wajah Larasati makin bercahaya.

"Duh, pinter amat sih ngerayunya. Pengen diajak honeymoon, ya?" goda Larasati.

"Boleh, gitu?" aku memasang wajah polos.

"Ya gak boleh, lah!" Larasati mencubit pipiku gemas.

"Gak bakal ganggu, deh!" Aku belum menyerah.

"No way!" Larasati menggoyang-goyangkan jarinya di depan mataku.

"Emang mau kemana, sih?" aku masih mengejar, menggoda sahabatku itu.

"Rahasia, dong! Kalau aku kasih tahu nanti kamu nyusulin lagi," Larasati melirikku dengan pandangan penuh rahasia.

Abimanyu hanya menatap kami berdua dengan senyum.

"Bi, inget ya! Jangan sampai kamu nyakitin hatinya Laras, jangan bikin dia nangis! Awas aja kalo sampe kamu bikin dia sedih, kamu berhadapan sama aku!" aku berkata dengan tatapan penuh ancaman pada Abimanyu.

"Tenang aja, Shinta! Aku gak akan pernah menyakiti hati istriku ini," Abimanyu berkata seraya menatap Larasati.

Panggilan 'istriku' dari Abimanyu membuat pipi Larasati merona. Bahagia.

"Duuuhhh, yang udah jadi istri," godaku makin membuat Larasati tersipu.

"Iihh, suka banget sih godain aku!", Larasati mencubit pipiku gemas. Kami tertawa bersama.

Laras sahabatku sejak SMA. Gadis yang sangat baik. Orang tuanya pun sangat menyayangi aku seperti anak mereka sendiri.

Dulu, aku sering menginap di rumah Laras kalau orang tuaku sedang pergi untuk urusan bisnis. Kasih sayang mereka layaknya kasih sayang orang tuaku sendiri.

Dan ketika mereka memintaku mendekor ruang untuk acara pernikahan Laras ini, aku tak kuasa menolak. Walau sebenarnya hatiku enggan. Berada di ruangan ini, dengan dekorasi seperti ini, membuka luka lama yang sudah aku kubur dalam-dalam.

Diantara begitu banyak rancangan dekorasi yang aku sodorkan pada Laras, entah kenapa dekorasi ini yang dia pilih. Bukan salah Laras juga, sih. Salahku kenapa mengikutsertakan dekorasi ini. Atau rancangan dekorasi ini ikut terselip di antara rancangan yang lain?

Dekorasi ini, sedianya aku pakai untuk acara pernikahanku sendiri. Dengan David, calon suamiku yang menghilang entah kemana seminggu sebelum hari pernikahan.

"Maafkan aku, Shinta." hanya itu yang disampaikan David, lewat pesan singkat. Setelah itu David tak bisa lagi dihubungi. Bahkan keluarganya seolah ikut hilang ditelan bumi. Rumah yang selama ini mereka tinggali pun kosong tak berpenghuni ketika Papa dan Kak Agung, suami Kak Sofie mendatangi rumah itu. Bahkan petugas keamanan di komplek itu tak tahu kemana perginya keluarga itu. Yang mereka tahu, rumah itu sudah dijual.

Hatiku hancur lebur saat itu. Undangan sudah tersebar, katering, gedung, gaun pengantin, suvenir pernikahan, semua sudah siap.

Bisa saja aku jadi gila kalau tak ada Laras. Di tengah kesibukannya menyelesaikan tugas akhir, dia harus menemani aku melewati masa-masa terberat dalam hidupku. Sepulang kuliah, Laras selalu menyempatkan diri menemaniku di rumah. Mendengar ratapanku, menjadi tumpahan air mataku.

"David menjadi orang yang paling merugi di dunia ini karena menyia-nyiakan perempuan sebaik kamu, Shinta," kata Laras saat itu. Terdengar nada marah dalam suaranya.

"Kenapa dia tega ngelakuin ini ke aku, Ras? Apa salahku? Apa kurangnya aku? "

"Karena dia laki-laki bodoh! Tuhan menyelamatkan kamu darinya, Shinta. Percayalah, Tuhan mempersiapkan  seorang pangeran tampan yang hebat untuk kamu. Yang jauh lebih baik dari David."

Ah, potongan-potongan kenangan itu membuat hati ini makin perih. Duduk sendirian di ruangan ini memang membuat pikiran melayang kemana-mana. Aku harus bangkit, toh kejadian itu sudah lama. Sudah sehanrusnya terkubur dalam-dalam, tak perlu digali dan diingat kembali.

Tante Merry, Mama Laras terlihat berjalan mendekatiku. Mungkin Tante Merry menyadari aku yang duduj sendiri di tengah keramaian.

"Shinta, kok sendirian aja di sini Sayang? Udah icip-icip belum?" Tante Merry menggamit lenganku.

"Sudah, Tante. Enak-enak ya masakannya." Aku memasang senyum terbaikku.

"Iya, ini yang punya katering kan teman Tante, recomended lah pokoknya!"

"Papa sama Mama minta maaf gak bisa datang, Tante. Kak Sofie mau melahirkan di Surabaya. Mama pengen nungguin Kak Sofie," kataku.

"Oh, udah mau lahiran ya? Wah.. kamu udah jadi tante untuk ke berapa kali nih?" Tante Merry tertawa renyah.

"Udah tua Shinta ya, Tante." Aku ikut tertawa.

"Ah, masih muda lah! Eh, makasih ya Sayang, udah mau bantu dekorin acara pernikahan Laras. Tamu-tamu pada tanya lo siapa yang dekor. Tante rekomendasiin ya?"

"Boleh, Tante. Gampang deh, nanti Tante dapat royalti deh," Tante Merry tertawa.

"Semoga kamu juga segera menemukan kebahagiaan kamu ya, Sayang. Kamu juga berhak unyuk berbahagia. Suatu saat, pasti kamu juga akan merasakan kebahagiaan yang sama seperti Laras, bersanding dengan pria baik hati yang mencintai kamu, menyanjungmu seperti seorang ratu." Tante Merry mencium pipiku. Air mata sedikit menggenang di pelupuk mataku. Kutarik nafas panjang.

"Doain Shinta ya, Tante." pintaku tulus.

"Pasti, Sayang! Kamu juga udah seperti anak kandung Tante, Tante gak akan luput doain kamu juga." kata-kata Tante Merry makin membuatku terharu. Spontan aku memeluknya. Tante Merry membalas pelukanku. Tak peduli para tamu memandang kami heran. Kami tertawa bersama.

Keberuntungan masih menaungiku. Tuhan menganugerahiku sahabat sebaik Larasati, juga Tante Merry dan Om Surya yang sangat menyayangi aku layaknya anak mereka sendiri.

Kutatap Larasati dan Abimanyu yang masih duduk di pelaminan. Wajah Laras dan Abimanyu tampak lelah, tapi mereka bahagia. Terpancar dari senyum mereka yang tak pernah hilang dari wajah mereka.

"I'm happy for both of you. Semoga kamu selalu bahagia, Laras." Tulus aku berdoa untuk kebahagiaan mereka. Laras menatapku, tersenyum, melambaikan tangan.

Cinta Salah(Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang