Shinta: Maafkan Aku

4K 151 21
                                    

Aku menatap langit-langit kamar. Masih berbaring di balik selimut tebal yang hangat. Ayam jago Papa sudah berkokok sejak tadi. Semburat cahaya mulai terlihat di balik gorden putih yang menutupi jendela kamarku.

Aku menyadari, sudah tidak mungkin bagiku untuk mendapatkan cinta Abi. Jelas sekali Abi sangat mencintai Laras, dan kecil kemungkinan Abi akan mengkhianati Laras. Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?

Aku harus minta maaf pada Laras. Tapi, akankah Laras memaafkan aku? Semudah itukah Laras akan memaafkan aku? Tahukah Laras bahwa aku sempat menyatakan cintaku pada Abi? Kalau Laras tahu, kenapa dia diam selama ini? Apa sakitnya Laras ada hubungannya dengan pernyataan cintaku pada Abi tempo hari?

Aku meraih ponselku. Jam enam. Laras pasti sudah bangun. Akankah Laras menerima telponku? Aku menggeleng, mungkin tidak. Lebih baik aku kirim saja pesan untuknya.

Aku:
Ras, bisa kita ketemu hari ini?

Kutekan tombol kirim di ponselku. Pesan terkirim. Gelisah aku menanti jawaban Laras. Satu menit, dua menit, belum ada jawaban dari Laras. Aku mulai bingung. Apa aku harus menelponnya? Tapi aku takut.

Tring.

Tak lama, ponselku berbunyi. Pesan masuk dari Laras.

Laras:
Bisa, mau ketemu di mana?

Aku menghembuskan nafas lega. Segera kubalas pesan Laras.

Aku:
Di kafe? Atau terserah kamu mau di mana. Aku ikut aja.

Laras:
Oke, di kafe aja.

Aku:
Oke, makasih ya?

Lama, tak ada jawaban dari Laras. Oke, mungkin dia sedang mandi atau menyiapkan sarapan untuk Abi.

Aku menghembuskan nafas berat. Akhirnya. Hari ini semua akan terang benderang. Atau justru akan berakhir kelam? Kalau Laras marah, dan tidak mau memaafkan aku, bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?

Kalau memang Laras tidak mau memaafkan aku, memang itu salahku. Anggap saja itu konsekuesi dari apa yang sudah aku lakukan.

Aku bergegas bangkit dari tempat tidur, mandi dan bersiap.

#   #   #

Mama dan Papa sudah menungguku di meja makan untuk sarapan ketika aku turun.

"Pagi Ma, pagi Pa," kataku seraya mencium pipi Papa dan Mama bergantian.

"Pagi, Sayang. Gimana tidur kamu, nyenyak?" tanya Mama.

"Iya, Ma. O iya, Pa. Hari ini Shinta ijin telat ya ke kantor. Ada perlu sebentar sama Laras."

"Ya sudah, gak papa. Tapi jangan keseringan dong, Shinta. Gak enak sama karyawan lain. Mentang-mentang kamu anak pemilik perusahaan, lantas kamu bisa seenaknya?"

"Kan gak sering, Pa. Hari ini aja kok."

"Ya sudah, pokoknya setelah urusan kamu sama Laras selesai, kamu segera kembali ke kantor ya?"

"Iya, Pa. Pasti. Ya udah, Shinta berangkat dulu ya?"

"Habisin dulu sarapan kamu, Shinta," tegur Mama.

"Makan sambil jalan aja, Ma."

Aku mengambil setangkup roti yang dioles selai cokelat oleh Mama. Lalu mencium pipi Papa dan Mama sebelum akhirnya berangkat menemui Laras.

#   #   #

Jantungku berdebar kencang. Sepanjang perjalanan keringan membasahi telapak tangan. AC di mobil menyala, tapi entah kenapa keringat mengucur deras membasahi tubuhku.

Cinta Salah(Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang