"Bi, aku anter Mama check up ya?" kata Laras pagi ini, sambil mengupaskan apel untukku. Hari ini menu kami apel, anggur, dan mangga. Aku tak menyangka, aku bisa kenyang dan puas dengan sarapan model begini.
"Iya, gak papa. Hati-hati ya, jangan ngelirik perawat yang ganteng lo!" aky melirik Laras.
"Ih, apaan sih Bi? Ya gak lah!"
"Eh, gimana Shinta?" Aku penasaran dengan keadaan sahabat Laras itu.
"Semalem sih, telpon bentar. Kamu udab tidur jadi gak tau. Padahal aku udah ngebet banget pengen cerita, pas nengok eh kamu udah ngorok." Laras memasang muka cemberutnya yang menggemaskan bagiku. Aku tertawa.
"Maaf, habis capek banget kemaren di kafe. Gimana?"
"Udah baikan katanya. Tapi aku masih kuatir aja sama Shinta, Bi. Aku bener-bener kasihan sama dia."
"Hhhmmmm, kamu harus sering-sering hubungi dia lo. Sering-sering ajak ngobrol, biar pikirannya gak sedih melulu. Kasihan dia. Rapuh banget kayaknya," aku melahap sepotong mangga. Manis.
"Iya, aku juga selalu hubungi dia kok." Laras melahap sepotong apel.
"Aku berangkat ke kafe dulu ya?" Aku bangkit berdiri. Kucium kening Laras seperti biasa.
"Hati-hati ya, Bi."
# # #
Aku sedang memeriksa laporan keuangan bulan lalu ketika Billy mengetuk pintu kantor.
"Ya, Bil. Masuk aja." Billy memasuki ruanganku.
"Bos, ada yang nyari tuh."
"Siapa?"
"Cantik, bohay," Billy tersenyum nakal.
"Jangan macem-macem kamu, ya!" ancamku. Aku segera keluar dari ruanganku.
"Hei, Shinta! Wah gimana kabarnya?" sapaku begitu tahu itu Shinta.
"Hai, Bi! Baik. "
"Mau minum apa? Avocado float? Kata Laras kamu suka banget minum itu." Shinta tersenyum
"Pagi ini aku lagi pengen yang anget-anget aja deh. Kopi aja."
"Dengan satu sendok gula?" Shinta tertawa.
Aku tahu itu semua dari Laras yang tak berhenti menceritakan semua tentang sahabatnya itu.
"Biar kamu bisa kasih info ke orang yang pengen kamu kenalin ke Shinta, Bi," katanya.
"Iya, bener. Laras cerita semua tentang aku ke kamu ya?" aku tertawa.
"Gak semua, lah. Oke, tunggu ya?" aku melambaikan tangan ke arah meja waiter. Agus mendekati kami.
"Gus, buatkan kopi, gulanya satu sendok aja ya?"
"Siap, Bos!" Agus, pelayan itu mengangguk mantap, berlalu dari hadapan kami.
"O iya, Bi. Laras di mana?" tanya Shinta yang tak melihat sosok Laras di kafe.
"Waduh, Laras lagi nganter Mama ke dokter."
"Tante Merry sakit?" Shinta tampk sangat khawatir.
"Gak, general check up aja kok!"
"Oh,..." Shinta menghembuskan nafas lega.
Agus datang membawakan pesanan Shinta.
"Kopinya, Tante," Agus tersenyum
"Tante, kapan dia kawin sama Om kamu?" aku tertawa. Agus hanya bisa nyengir kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Salah(Finished)
Lãng mạnKehidupan pernikahan tak selamanya mulus. Tak seperti dalam dongeng yang selalu berakhir bahagia. Justru dengan menikah, petualangan baru dimulai. Lalu apa jadinya, jika masalah yang hadir melibatkan hati? Bagaimana jika masalah itu datang dari oran...