Shinta: Keteguhan Cinta

3.7K 157 23
                                    

Beberapa hari aku tak menghubungi Laras, atau pun Abi. Aku memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan di kantor. Aku ingin memberikan waktu pada Abi untuk mencerna kata-kataku kemarin. Atau aku takut mengetahui jawaban Abi?

"Oke, aku akan pikirkan. Walopun sebenarnya tanpa kamu suruh mikir pun aku sudah tau jawabannya. "

Jawabannya? Bahwa Abi sangat amat mencintai Laras dan tak akan pernah mengkhianatinya? Apa benar-benar ada lelaki yang setia pada satu wanita? Apa benar-benar ada lelaki yang menjaga cintanya untuk satu hati?

Aku menutup laptop di depanku. Aku harus menanyakan jawaban Abi hari ini juga. Aku bangkit dari dudukku dengan tiba-tiba, mengagetkan Vega yang duduk di sampingku.

"Mbak Shinta bikin kaget aja, ada apa sih?" Vega menatapku heran.

"Aku pergi dulu, ya? Kalo ada yang cari bilang aja aku ada perlu keluar sebentar. Nanti habis jam makan siang aku balik ke kantor. Oke?"

"Mau kemana sih, Mbak?"

"Gak usah kepo, deh!" Aku mengibaskan tanganku. Vega cemberut.

Bergegas aku menuju kafe. Aku yakin, Laras tak ada di kafe. Aku dengar dari Tante Merry kalau Laras sedang sakit. Sudah seminggu, sih. Apa aku perlu menelpon Abi dulu? Tapi aku takut kalau aku menghubungi Abi terlebih dahulu, Abi akan menghindar. Ah, sudahlah. Aku akan mendatangi Abi di kafenya.

#   #   #

"Eh, Tante. Lama gak kesini, Tante. Saya kangen, deh." Agus, pramusaji itu menyapaku begitu aku masuk kafe. Aku tersenyum.

"Kopi?" tanya Agus. Aku menggeleng.

"Gak usah, makasih. Mmm, Abi ada?" tanyaku.

"Ada, Tante. Mau ketemu Bos?"

Aku mengangguk. Agus tersenyum.

"Duduk dulu, Tante. Saya panggilin Bos." Agus meninggalkanku sendiri.

Seperti biasa, aku memilih tempat duduk di sudut kafe. Sembari menunggu Abi, aku menikmati pemandangan yang tersaji di kafe ini. Hari ini entah kenapa banyak sekali pasangan yang memillih kafe ini sebagai tempat bertemu. Ada sekitar enam pasangan yang ada di kafe ini, sisanya ada yang datang sendiri, ada yang bersama keluarga.

"Nunggu Bos Abimanyu, ya?" sebuah suara mengejutkanku. Sang manajer kafe berdiri di hadapanku.

"Oh, maaf?" tanyaku.

"Mbaknya nyariin Bos Abimanyu?" tanya si manajer lagi.

"Oh, iya. Udah dipanggilin sama mas yang tadi."

Aku sedikit jengah dengan sikapnya. Seolah tak suka aku ada di sini. Apa urusannya, menanyaiku keperluanku di sini apa? Aku kan juga pengunjung kafe walaupun hari ini aku tidak membeli apa pun di kafe ini.

"Ada perlu apa ya, Mbak?"

"Saya temannya Abi, sekedar pengen ketemu gak boleh?" aku balik bertanya. Kesal.

"Eh, Shin. Ada apa?" suara Abi membuat si manajer kepo itu menoleh.

"Bos," dia mengangguk hormat ke arah Abi. Abi memberinya isyarat untuk kembali ke ruangan. Sekali lagi manajer itu mengangguk, lalu pergi. Setelah melirik aku dengan sudut matanya.

"Bi, aku... aku mau menanyakan jawaban kamu."

Tanpa tedeng aling-aling aku mengutarakan maksud kedatanganku.

Abi menatapku lama, menghembuskan nafas, lalu duduk di depanku.

"Shinta, kenapa harus aku? Banyak laki-laki lain di luar sana yang jelas-jelas masih bisa menerima cinta kamu. Bukan aku."

Cinta Salah(Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang